Sudah beberapa jam, Aiden masih setia menunggu didepan pintu UGD. Belum ada tanda-tanda dokter maupun perawat keluar memberi keterangan tentang Alea.
Aiden berdoa dalam hati. Semoga Alea baik-baik saja.
Ya. Aiden sedikit khawatir dengan Alea meskipun sudah memiliki istri.
Aiden melihat Clara yang memakai jas putih. Ya. Istrinya bekerja sebagai dokter. "Bagaimana keadaan Alea, Clara?" Aiden bertanya pelan.
Clara mengusap lengan suaminya. "Mas tenang dulu. Lebih baik Mas Aiden masuk ke dalam. Melihat keadaan Mbak Alea" Clara membawa suaminya masuk ke dalam untuk melihat keadaan Alea.
Saat masuk ke dalam. Aiden melihat Alea terbaring lemah di ranjang. Hidungnya di bantu dengan alat buatan. Bahkan tangan di infus dengan beberapa selang.
"Clara.." lirih Aiden. Dia tidak sanggup melihat Alea yang dulu sebagai kekasihnya.
"Tenang dulu, mas" Clara mengusap lengannya lalu memeluk tubuh suaminya. "Mbak Alea sedang kritis. Sejak kapan Mbak Alea sakit?" Bisik Clara pelan.
Aiden melepaskan dan menatap Clara bingung. "Sebenarnya Alea sakit apa?" Tanya Aiden penasaran. Jujur saja selama ini dia tidak mengetahui tentang riwayat sakit Alea.
"Mbak Alea sakit tumor otak" jawab Clara.
Seketika jantung Aiden berdetak kencang tak karuan. Mengapa dia tidak mengetahui tentang Alea termasuk penyakitnya.
"Apa?!"
"Mbak Alea harus dibawa ke ruang inap ya. Aku akan memerintahkan perawat memindahkan Mbak Alea ke ruang Inap". Aiden hanya mengangguk sebagai jawaban.
Aiden tidak menyangka setelah mengetahui tentang penyakit Alea. Selama ini Alea menyembunyikan tentang penyakitnya.
Aiden keluar dari ruangan. Dia melihat beberapa orang yang menghampiri dirinya termasuk Dad,Mom, beserta kakaknya Adam bergandengan dengan wanita lain.
"Bagaimana keadaan Alea, Nak?" Mom bertanya menangis pelan. Ia sangat khawatir dengan menantu kesayangannya.
Aiden tidak menjawab pertanyaan ibunya. Ia langsung mencengkram kerah Adam lalu meninju. Tubuh Adam langsung tersungkur di lantai membuat semua orang menjerit termasuk Ibunya.
"Sudah cukup, Nak" Daddy menahan Aiden. Aiden tersulut emosi dengan kakaknya.
"Brengsek kau! Sudah puas menyakiti Alea hah?!" Teriak Aiden nafasnya memburu.
Adam mengusap darah di sudut bibirnya. Ia tersenyum sinis. "Bukankah kau juga menyakiti Alea. Kita sama sama menyakiti wanita yang sama"
"Shit!! Aku rela melepaskan Alea. Lalu menikah dengan Clara. Karena kau sangat mencintai Alea maka kau menggantikan posisiku"
"Aku sangat menyesal telah melepaskan Alea dan menikah denganmu"
"Terserah. Aku akan bercerai dengan Alea dan menikah dengan Bella. Bella sedang mengandung anakku" Kata Adam.
Aiden mengepalkan tangannya. "Bagaimana Bella mengandung bukan anakmu?" Desis Aiden membuat Adam tidak bisa menahan amarah.
"Cukup!!" Daddy mencoba melerai kedua putranya yang bertengkar masalah wanita yang sama. "Ini dirumah sakit. Jaga emosi kalian. Selesaikan dengan baik-baik"
Melihat Clara berjalan ke arah mereka. "Permisi. Mbak Alea sudah saya pindahkan ruang inap"
"Terimakasih" ucap Mom berjalan melewati Clara dan Daddy ikut menyusul.
"Lebih baik aku pulang. Muak aku berada disini" Adam menggandeng Bella untuk pergi dari rumah sakit.
Aiden menghembuskan nafasnya kasar. Ia mengacak rambut dengan frustasi. Shit! Kakaknya benar - benar brengsek.
"Mas, ayo masuk ke dalam" ajak Clara. "Atau Mas minum dulu biar tenang" Aiden mengangguk dan menerima ajakan istrinya.
Clara tersenyum dan menggandeng tangan suaminya. Ia memaklumi keadaan suaminya.
***
Alea membuka matanya secara perlahan. Kepala nya terasa sangat pusing dan berat. Matanya menatap sekeliling dan berwarna putih.
"Syukurlah. Kau sudah sadar" Mom mendekat dan disamping ranjang Alea. "Tunggu jangan bangun dulu. Mom panggilkan dokter" Mom mencegah Alea bangun dan tetap terbaring disana.
Mom memencet tombol merah. Dan tidak lama kemudian. Pintu terbuka menampilkan Clara dan Aiden.
Clara melangkah dan mendekati Alea. "Mbak, ada keluhan apa?" Tanya Clara.
"Pusing dan berat" jawab Alea.
Clara tersenyum lalu menatap ibu mertuanya. "Bisakah saya berbicara dengan Mbak Alea?" Clara ingin membahas tentang penyakit Alea.
Mom terlihat berpikir sejenak. "Baiklah. Kami akan keluar" kata Mom. Aiden mengangguk dan ikut keluar dari ruangan.
Setelah ruangan tinggal berdua. Clara membantu Alea bersandar di pinggir ranjang.
"Mbak, saya mau menyampaikan tentang penyakit yang dialami oleh Mbak Alea" kata Clara sambil menggenggam tangan Alea yang bebas dari infus.
"Mbak Alea sudah mengetahui penyakit ini?" Tanya Clara pelan.
Alea menatap Clara. "Sudah" jawab Alea.
"Kenapa Mbak Alea tidak bertindak? Mbak Alea mengalami tumor otak. Mbak Alea harus di operasi sebelum tumor mulai membesar" jelas Clara.
"Siapa yang mengetahui tentang penyakitku?" Bukannya menjawab pertanyaan Clara. Alea bertanya balik dengan Clara.
"Hanya Mas Aiden sama aku" jawab Clara.
"Berapa bulan?" Alea bertanya. Tangannya mengusap perut Clara yang sedang hamil.
Clara melihat sudut bibir Alea terangkat. Ya. Mbak Alea tersenyum.
"Mau jalan 7 bulan mbak" jawab Clara.
Alea tersenyum. Clara yang merasa terpesona melihat Alea tersenyum. "Mbak.." panggil Clara.
"Sebentar lagi aku akan menjadi tante ya" kata Alea sembari mengelus perut Clara. Clara hanya tersenyum canggung.
"Gak usah canggung sama aku" Alea menggenggam tangan Clara. "Terimakasih sudah merawat aku. Tolong rahasiakan ini" Mohon Alea.
"Oke. Cepat atau lambat mereka akan mengetahui semuanya Mbak"
Alea mengangguk dan memeluk tubuh Clara. Clara merasakan tubuh Alea bergetar. Alea menangis dipelukan Clara.
"Kalian kenapa?" Mom tiba - tiba masuk dan melihat Alea menangis dipelukan Clara.
Alea melepaskan pelukan dan mengusap air matanya.
"Enggak apa - apa, Mom" sahut Alea. "Alea cuma senang kalau sebentar lagi menjadi tante dan Mom juga akn menjadi seorang nenek" Mom hanya diam. Dan menatap Clara yang sedang hamil.
"Mom.." Alea memanggil pelan. "Alea mohon sama Mom. Mom harus menerima pernikahan Aiden sama Clara ya" Alea menatap Mom.
Mom hanya diam sejenak. Melihat tatapan Alea memohon membuat dirinya tidak tahan.
"Iya.." Mommy menjawab.
Aiden yang berdiri di belakang Mom dan beserta daddy mendengar jawaban Mom.
Alea tersenyum. "Terimakasih. Aku sayang sama mommy" Alea mengulurkan tangannya. Mom mendekat dan memeluk tubuh menantu kesayangannya.
"Maafin Alea. Alea harus pisah dengan Kak Adam" lirih Alea. Alea menangis tersedu-sedu. Mommy mendengar tuturan Alea. Hatinya merasa sakit.
Tega sekali putranya menyakiti seorang wanita.
.
.
.
.
To be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAIN OF LOVE [COMPLETED]
General FictionAkankah Alea bahagia menjalani pernikahan ini dengan Adam. Sedangkan Adam sangat membencinya. Tiba-tiba ada seorang yang bernama Revan menghampiri Alea. Siapakah dia? Apakah ada yang bisa membahagiakan Alea? Kisah selanjutnya silakan baca !! "Janga...