SIX TEEN

6.9K 326 4
                                    

Mila mulai memasuki ruangan Alea. Membawa berkas yang sesuai permintaan Alea. Entah apa yang dipikirkan oleh Mila sehingga Alea meminta mencari data diri Alea tentang masa lalu.

Mila menegakkan tubuhnya saat membuka pintu ruangan Alea. Terlihat Alea sedang fokus dengan sebuah kertas dan laptop. Sepertinya Alea sedang membuat design model fashion untuk event.

"Ini berkas sesuai permintaanmu" Alea mendongak kepala dan menatap Mila yang menyerahkan Map berwarna hijau.

Alea menerima dan tersenyum. "Terimakasih. Kamu terbaik deh.." Alea mengacungkan jempol ke arah Mila.

"Buat apa?" Mila bertanya dengan heran. Bukannya ingin tahu. Hanya saja khawatir dengan Alea. Karena Revan sudah memberi tahu padanya tentang masa lalu. Jangan sampai Alea mengetahui tentang itu. Karena bisa mempengaruhi keadaan Alea.

Alea gelagapan. Berpikir sejenak. Mencari alasan yang pas. "Um, hanya buat data sih. Soalnya sebentar lagi kita adain fashion event kan. Jadi aku perlu data ini.." entah jawaban yang dari mulut Alea keluar begitu saja.

Mila bingung. Matanya menyipit. Alasan macam apa itu. "Acara itu memang perlu banget pake itu?"

Alea terdiam.

"Ya sudah. Gak usah bingung gitu. Aku ada urusan. Nanti kita bicarain tentang ini. Aku cuma ingatin kamu. Jangan terlalu mikir masa lalu. Udah gitu aja." Ucap Mila. Lalu pergi dari hadapan Alea.

Terlihat Mila sudah menutup pintu ruangan Alea. Alea menyandarkan punggungnya dikursa. Dia merasa lega.

Alea menatap map berwarna hijau yang diberikan oleh Mila. Ya, Alea meminta sahabatnya mencari tahu tentang dirinya ri masa lalu.

Dengan ragu Alea membuka map dan membaca dengan teliti. Matanya terfokus dengan tulisan disana.

Ada nama Adam Walter disana. Dan betapa kagetnya. Nama lelaki itu adalah mantan suaminya.

Bagaimana bisa? Sebelumnya Alea sudah menikah dengan Adam.

Sejak selesai operasi itu. Alea tidak ingat apapun. Hanya sebagian teringat masa lalu. Tapi kenapa tidak bisa mengingat disaat dirinya sudah menikah sebelumnya.

Alea berpikir apakah Revan sudah mengetahu tentang masa lalunya. Apa Revan tidak jijik dengannya. Karena sudah tidak perawan.

Arrrgghhh!!!

Kepala Alea merasa nyeri. Saking nyerinya sampai harus menahan rasa sakit. Air matanya keluar dan membasahi pipinya.

"Sakit.." Alea memegangi kepalanya. Memijat pelipisnya. Hendak beranjak dari kursi tiba-tiba jatuh. Membuat isi meja ikut terjatuh.

"Aleaa.." Mila berteriak melihat Alea terjatuh kesakitan. Mendekati Alea. "Kamu kenapa? Aku panggil dokter ya.." hendak mengambil ponsel miliknya di saku blazer miliknya.

Alea menggeleng kepalanya. "Jangan. Nanti hilang sendiri nyerinya.." lirih Alea.

Mila tidak bicara. Dia membantu Alea berdiri dan duduk di sofa. Setelah itu membersihkan berkas yang berhamburan di lantai.

"Minum.." Mila memberi gelas yang berisi air putih. Alea menerima lalu meminum sampai habis.

"Revan sebentar lagi kesini. Jadi aku minta kamu istirahat disini. Masalah design yang kamu kerjakan. Biar aku yang lanjutkan. Meetingnya biar aku wakilkan" jelas Mila menaruh gelas berisi kosong.

"Hmm.." Alea masih memijit pelipisnya. Nyeri sudah mulai berkurang.

Mila berdecak kesal. "Sudah kubilang kan. Kamu masih keras kepala ya"

PAIN OF LOVE [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang