TWELVE

6.3K 296 5
                                    

Alea memandang jarinya yang sudah terpasang dengan cincin. Alea sudah resmi bertunangan dengan Revan.

Tidak bisa menyembunyikan rasa bahagia. Senyuman terus terpancarkan. Betapa beruntungnya dia mendapatkan calon pendamping yang menerima apa adanya.

Revan, Lelaki yang menerima apa adanya.

Selalu mengungkapkan perasaan dengan tulus.

Kini Alea sudah bisa bekerja di kantor butiknya. Sebelumnya sudah dikerjakan oleh Mila, Sahabatnya.

Alea selalu mengucapkan terimakasih pada Mila. Sudah membantu mengerjakan butik ketika dirinya sedang kondisi buruk waktu itu.

"Ehemm.." seseorang berdehem membuat Alea mendongak kepalanya. Mendapati Revan berdiri disana sembari tersenyum. "Suka banget memandang cincin itu"

Alea tersenyum lebar. "Aku bahagia, Mas"

Alea berdiri dan memeluk tubuh Revan. Menghirup aroma calon suaminya.

Bahagia? Tentu saja, Alea sangat bahagia sekarang. Tidak pernah menangis lagi karena seorang laki - laki.

Revan tersenyum ke arah Alea, calon istrinya. Merasa bersyukur. "Syukurlah. Aku juga ikut bahagia, Alea"

Tangan Revan membelai rambut pendek Alea sebahu. Semakin tambah cantik menurut Revan.

"Kamu cantik kalau rambut pendek" puji Revan.

Alea mendongak dan menatap Revan. "Jadi waktu aku panjang jelek?" Kata Alea.

"Ck. Kamu tetap cantik apa adanya, Alea" gemas Revan. Tangannya mencubit pipi Alea pelan. Alea tertawa melihat Revan sangat gemas melihatnya.

"Oh ya.." tangan Revan berhenti membelai rambut Alea. "Nanti jam 7 malam datang ke acara perusahaan Ayah. Kita diundang Ayah"

Alea terihat sedang berpikir sejenak. "Reina, Aku mau ajak Reina"

Tidak mungkin Alea meninggalkan Reina ke Acara tersebut.

"Ya. Dia akan ikut" kata Revan. Alea mengangguk lega. Setidaknya Reina harus ikut.

Alea memeluk tubuh Revan. Merasa nyaman dan hangat.

"Alea, ada rapat upss..." ketika membuka pintu dan masuk ruangan Alea. Mila menutup mulutnya ketika meliha adegan berpelukan.

Alea dan Revan menoleh ke arah Mila yang masih berdiri didepan pintu. Mereka tertawa melihat tingkah Mila. Salah tingkah.

"Sorry. Aku gak tau kalau kalian..emm" Mila sangat menyesal dan tidak sengaja. Seharusnya dia ketuk pintu dulu.

Alea tertawa pelan. "It's okay, Mila. Ada apa tadi?" Tanya Alea.

Mila berdehem. "Waktunya ada rapat pertemuan" jawab Mila. Ah Alea tiba tiba teringat. Siang ini ada pertemuan rapat dengan klien lain. Membahas tentang fashion buat event festival tentang fashion.

"Oke. Tunggu sebentar ya". Mila mengangguk dan kembali keluar menutup pintu.

"Kamu ada rapat ya, Sayang?" Revan bertanya. Alea mengangguk.

"Ya sudah. Aku balik ke kantor dulu. Nanti ketemu di acara Ayah jam 7 malam ya"

Revan mencium kening Alea lembut. Alea memenjamkan matanya pelan. Merasakan kehangatan dari Revan.

"Hati - hati, Mas"

~¤¤¤~

Tepat pukul tujuh malam, Alea sampai didepan gedung. Lalu melihat wartawan yang sedang menunggu seseorang tamu masuk ke gedung. Tiba - tiba wartawan melihat Alea berdiri didepan pintu mobil segera berlari dan mengambil gambar.

Cekrekk!! Cekrek!! Cekrek

Suara kamera yang sedang mengambil Alea sedang berdiri disana. Alea merasa risih dan berjalan pelan menuju pintu utama. Mencoba tersenyum didepan kamera wartawan.

"Selamat malam, apa benar anda  bertunangan dengan pengusaha ternama, Revan Mahesa"

"Apakah anda seorang anak pengusaha Maxime group"

"Kapan menikah akan di gelar?"

"Apa alasan anda bercerai dengan Adam Walter"

Seorang wartawan menyodorkan sebuah mic didepan Alea. Mengeluarkan pertanyaan didepan Alea. Membuat Alea sedikit terkejut.

Alea hanya menanggapi dengan senyuman. Terus melangkah dan mengabaikan pertanyaan dari wartawan.

"Permisi.." Alea meminta wartawan memberi jalan untuk Alea. Namun wartawan masih menyeburkan pertanyaan membuat Alea resah.

"Apa benar alasan anda bercerai dengan Adam Walter karena orang ketiga?"

Pertanyaan itu membuat Alea mendongak kepala dan menatap semua wartawan yang ada didepannya.

Siapa Adam Walter?  Pikir Alea.

Tadinya Alea sedikit menunduk dan enggan menatap.

Alea menatap dengan datar. Sangat tidak nyaman dengan atas pertanyaan wartawan tadi.

Alea tetap berjalan dan melewati wartawan itu. Perasaan sungguh campur aduk.

Hampir tersandung karpet merah, Alea merasakan ada yang menahan pinggangnya.

"Kamu tidak apa - apa, Sayang?" Revan berhasil menahan Alea dan membawa ke dalam gedung.

Alea masih diam sejak dari tadi. Memikirkan pertanyaan wartawa tadi. Siapakah Adam Walter. Kepalanya tiba - tiba terasa pening.

"Alea.." Revan panggil pelan. "Kenapa..?" Tangannya menangkup pipi Alea.

Alea menatap Revan. "Siapa Adam Walter?". Tubuh Revan menegang mendengar Alea.

"Jawab, Mas"

Revan terpaksa tersenyum. "Sayang. Kamu kelihatan lelah. Ayo pulang"

Alea menolak. Kepalanya terasa semakin pusing. Tubuhnya hampir jatuh. Revan masih menahan tubuh Alea. Alea pingsan.

"Mamaa..." Reina berteriak ketika melihat Alea jatuh di pelukan Revan. "Mama kenapa, Pa?" Reina terdengar cemas.

Revan tidak menjawab. Tangannya sibuk menepuk pipi Alea pelan. David dan Ratna terkejut melihat Alea pingsan.

"Van, Alea kenapa?" Ratna menghampiri mereka. Melihat Alea cemas. "Bawa Alea ke rumah sakit" perintah Ratna pada Revan.

Revan mengangguk. Menggendong Alea dan segera membawa ke rumah sakit. Dia berharap Alea baik - baik saja.

.

TBC

PAIN OF LOVE [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang