[1]
An Uncanny Streak of A's...
...
KEDUA KAKI ramping tanpa alas kaki terdengar melangkah gesit dari luar sana, sesekali kulitnya yang lembab bergesekan dengan lantai keramik menimbulkan decitan lemah yang mengusik pendengaran - terlebih-lebih pada malam buta menjelang subuh seperti ini.
Sang pemilik kaki sengaja menggesek kakinya lebih kuat ketika ia melewati salah satu pintu ruangan yang terbuka sedikit, meninggalkan celah yang cukup lebar untuk mengintip ke dalam.
"Felicia?"
Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga, setelah sang gadis pemilik kaki mencapai ujung lorong.
Felicia Yudhoyono membalikkan badan, menemukan sosok pria paruh baya dengan gurat wajah yang menua setiap harinya, berdiri di ambang pintu dan menatapnya lembut.
"Papa," sapanya singkat. Seulas senyum tipis penuh kelegaan terukir di bibir tipisnya.
"Kenapa kamu belum tidur?" tanya sang ayah dengan suara serak khas orang kurang tidur.
"Kebangun, Pa," jawab gadis itu lagi. Jari telunjuknya ia arahkan ke jam dinding yang menunjuk angka lima. "Lagian biasanya jam segini aku uda bangun."
Pria paruh baya itu, yang sama-sama berbagi nama belakang yang sama dengannya, ikut melihat ke arah jam dinding.
"Udah jam segini ya?" tanyanya bermonolog sebelum beralih kembali pada putri satu-satunya yang masih berdiri di depan pintu kamar.
"Kenapa kamu gak pakai kaus kaki?" tanya sang ayah lagi, kini menunjuk ke arah kedua kaki sang anak yang telanjang tanpa alas. "AC kamar kamu baru diservis, jangan sampai kedinginan."
"Aku tahu, Pa."
Sang ayah lalu tersenyum mengerti. Ia baru saja teringat bahwa semalam ia terlalu sibuk bekerja di kantornya sampai ia tidak sempat bertemu sekalipun dengan sang putri di luar sekolah.
"Cepat siap-siap kalau gitu, Papa antar kamu ke sekolah."
Felicia Yudhoyono menggelengkan kepala tanda pertidaksetujuan. "Papa tidur aja. Masih ada waktu dua jam. Aku berangkat sendiri aja."
Sang ayah baru saja ingin membantah pernyataan putrinya, tetapi ia sudah masuk ke dalam kamar.
Felicia Yudhoyono menutup pintu dari dalam, memungut sepasang kaus kaki yang tergeletak di dekatnya.
Jangan bercanda, Felicia tidak mungkin tidak memakai kaus kakinya ketika tidur. Ia hanya melepaskannya untuk menarik perhatian sang ayah. Supaya setidaknya pria itu ingat dengan fakta bahwa ia masih memiliki seorang anak perempuan.
...
"Pagi bener, dek?"
Sapaan singkat yang berkamuflase sebagai pertanyaan basa-basi itu membuat Felicia terpaksa menoleh sekilas ke arah pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Exam Service Provider | 02-04line
Teen Fiction[COMPLETED] Capek dapet nilai merah? Bosen remed mulu? Pengen dapet nilai seratus? Atau jangankan seratus, lewat KKM aja pun uda sujud syukur! Kalo iya, mungkin Raja bisa bantu. Highest ranks : #1 in jangwonyoung #1 in yuna #2 in yuna #2 in jiheo...