t w e n t y

880 171 34
                                    

[20]
Go For It

...

"IRIS, hari ini kumpul di rumah gue ya!"

Begitu katanya.

Iris menghentikan langkahnya tepat di depan gerbang rumah Yovita.

Meski awalnya ragu, gadis berambut sebahu itu terakhir menekan bel dan berdiri menunggu, kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku jaket.

"Semoga gue ga salah rumah," gumam Iris cemas, sesekali berjinjit untuk mengintip dari balik jeruji pagar.

Tidak kunjung mendapatkan balasan, Iris menekan bel sekali lagi. Dan sekali lagi. Dan sekali lagi. Semakin lama semakin cepat.

"Iya iya astaga!"

Akhirnya ada yang menjawab dari dalam. Tapi alih-alih merasa lega, Iris malah melotot ketakutan. Ia berlari ke dinding sisi rumah, memutuskan untuk bersembunyi.

"Aduh, masa gue salah rumah?" tanya Iris pada dirinya sendiri, mengetuk-ngetuk kepalanya dengan tangan. "Tapi rasanya uda bener. Lah tapi yang jawab kok cowok?!"

Suara yang menjawabnya tadi jelas bukan suara Yovita.

Iris mengintip dari balik dinding, dan mendapati seorang lelaki tinggi berdiri di ambang pintu gerbang yang terbuka.

Ganteng sih, tapi penampilannya berantakan. Hanya memakai kaos putih oblong dan celana pendek, kaki ayam pula. Rambutnya acak-acakan khas orang bangun tidur, wajahnya sepet-sepet gimana gitu.

"Siapa, bang?" Terdengar suara lelaki yang lain dari dalam rumah.

Pemuda yang berdiri di ambang pintu itu berbalik serta menjawab, "Palingan bocah dari gang sebelah itu. Nyari masalah emang."

Iris mengeluarkan ponselnya dari saku, hendak menelepon Yovita ketika ia mendengar suara seorang gadis dari dalam rumah.

"KAK JEFF! TUTUP PINTUNYA NYAMUK PADA MASUK INI!"

Kaget, Iris menoleh pada ponsel di tangannya, mengira-ngira apakah benda itu yang merupakan asal dari suara tadi.

Tetapi tidak. Layarnya masih hitam. Tidak ada tanda-tanda bagaimana suara Yovita bisa muncul dari sana.

Jadi, memutuskan bahwa ini memang adalah rumah yang tepat, Iris melompat keluar dari tempat persembunyiannya.

"Maaf! Permisi!" seru gadis itu nyaring, mengejutkan sang pemuda yang berdiri di ambang pintu.

"Iya?"

Iris berjalan terburu-buru mendekati lelaki itu. Pemuda yang dipanggil 'Jeff' itu menatapnya dari atas sampai bawah dengan tatapan datar, sebelum berhenti pada wajahnya.

"Ini rumahnya Yovita?" tanya Iris, berusaha sebisa mungkin untuk ramah.

Pemuda itu mengerjap dengan wajah bantalnya sebelum tiba-tiba ia berbalik dan berteriak, "YOVITAAA!"

"APA NJINGGG?!"

"TEMENMUUUU SI- eh siapa namanya?"

Iris tersenyum tipis. "Iris."

"Namanya bagus. NAMANYA IRIS WOY!"

"IRIS?"

Terdengar bunyi langkah kaki dari dalam rumah, diikuti suara pintu dibanting dan kemunculan seorang lelaki di ambang gerbang.

"IRIS?!" ulang lelaki itu lagi dengan napas ngos-ngosan.

Iris memiringkan kepalanya sedikit, mencoba untuk melihat wajahnya ketika lelaki itu tiba-tiba menyentak kepalanya ke belakang.

Exam Service Provider | 02-04lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang