f o r t y f i v e

793 149 196
                                    

[45]
In Three Days Time

...

A/N :

untuk melindungi semua karakter dan idol yang menjadi face claim mereka, aku ingatkan sekali lagi untuk tidak terbawa suasana sama ceritanya ya ^_^

love and respect all idols please, especially Vanessa. dia bukan pelakor or anything, dia sayang sama Raja, it's normal.

...

AWALNYA, Vanessa tidak berencana menarik siapapun ke dalam masalahnya, bukan Raja maupun Felicia maupun geng motor anak kuliahan yang mengikutinya.

Pukul delapan malam, ia tengah bertiduran di atas kasurnya yang kecil, mengobrol dengan Radit-- yang tiba-tiba meneleponnya dengan alasan perlu bantuan soal kimia.

"Jadi abis dibagi sama massa atom relatifnya-- oh, bentar ya Dit."

Vanessa menyadari keributan di luar kamarnya. Pintu digedor-gedor dengan sangat kasar, sumpah serapah yang setengahnya bahkan tidak pernah didengar oleh Vanessa sebelumnya, terdengar lantang dari balik pintu, disertai kalimat, "Keluar kau, tikus-tikus got bau sampah! Bayar utang kau sebelum kubakar rumahmu ini!"

"Radit, gue harus pergi," pamit Vanessa buru-buru, dan tanpa menunggu responnya, gadis itu mematikan sambungan telepon dan mengaktifkan mode pesawat.

Gadis itu mengintip dari celah pintu kamarnya, melihat ibu dan ayahnya kini tengah berembuk untuk membuka pintu atau tidak.

Gedorannya semakin menjadi-jadi, kali ini disertai ancaman akan mendobrak pintu.

Vanessa ketakutan, ia tidak akan berbohong. Gadis itu mulai mencari-cari barang berharganya untuk dikantongi, karena perasaannya tidak enak.

Ponsel jadul yang layarnya sudah retak, amplop uang pemberian Raja-- yang masih tersisa beberapa juta-- buku tabungan yang isinya tidak seberapa.

Kedua matanya memindai meja riasnya yang bisa dibilang kosong, hanya ada sisir dan parfum murahan dalam botolan plastik yang cukup wangi untuk menemani hari-harinya ke sekolah.

Kemudian kedua matanya sampai pada jepitan rambut emas yang masih berada dalam kotaknya karena Vanessa takut untuk memakai jepitan rambut sebagus itu.

Ini hadiah dari Raja pada hari ulang tahunnya tahun lalu.

Jepitan itu indah berbentuk burung merak, berkilau dilapisi emas dengan butir-butir mutiara di sayapnya yang beraksen biru kadet.

Harganya pasti mahal.

Vanessa buru-buru menyimpan jepitan itu di saku kanannya, bergabung dengan buku tabungan dan kartu debitnya.

Bersamaan dengan itu ia mendengar suara dobrakan pintu, membuat jendela-jendela dan lantai bergetar saking kerasnya.

Vanessa berjongkok tanpa sadar, kedua matanya berkaca-kaca sementara ia mulai terisak.

Dobrakan itu datang lagi. Lagi dan lagi. Rasanya mengerikan seperti gempa bumi, tetapi lebih parah karena ia terus-terusan mendengar sumpah serapah di atas kepalanya.

"K-Kak Raja..." Gadis itu menunduk, kedua tangannya bergetar menutup telinga sementara dadanya terasa sesak. "Kak Raja... a-aku takut..."

Vanessa kembali menangis, berusaha sebisa mungkin menghalangi suara yang mengumpati keluarganya dan harga diri mereka.

Exam Service Provider | 02-04lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang