t w e l v e

1K 214 98
                                    

[11]
A Not-So Lonely Happy Birthday

...

KEDUA mata Raja menelusuri berbagai macam kue yang dipajang dari balik kaca. Gerak-geriknya gelisah, bahkan cenderung mencurigakan, sampai-sampai beberapa penjaga toko mulai mengawasinya secara terang-terangan.

Padahal siapa juga yang ingin maling, Raja hanya berusaha untuk membuat keputusan. Jika ia sendirian masuk ke dalam toko kue ini dan memesan sebuah kue ulang tahun kecil - untuk dirinya sendiri - astaga, ia akan terlihat begitu menyedihkan. Tetapi Raja benar-benar ingin sesuatu yang manis untuk menghiburnya.

Wajar saja kalau Raja sedikit frustasi.

Ia sudah kehilangan teman, empat sekaligus. Raja sudah menganggap mereka lebih dari keluarga, tetapi sekarang mereka terlalu murka untuk sekedar melantunkan sebuah nyanyian ulang tahun.

Boro-boro mendengar lagu ulang tahun, satu-satunya hadiah yang ia terima tahun ini adalah sebuah jotosan - dari Arjuna - tepat di tulang pipinya yang membiru.

Raja tahu ia salah, tetapi anehnya ia tidak merasa bersalah. Mungkin memang benar apa kata Arjuna kepadanya. Ia egois. Saking egoisnya ia lebih memilih untuk berjalan-jalan sendirian mencari kue daripada meminta maaf dan merayakan ulang tahunnya dengan teman-temannya itu.

Sungguh, Raja berantakan dan parahnya ia terlalu bodoh untuk menyadari hal itu.

Di sela-sela kegiatannya melihat-lihat, tiba-tiba ada yang memanggil namanya pelan.

Suara seorang gadis, tetapi tidak ia kenali. Jelas bukan Yovita yang selalu berteriak-teriak dengan suara melengking, jelas bukan Iris yang memiliki nada suara tersendiri yang naik-turun, dan juga jelas bukan Vanessa yang suaranya pelan tetapi semanis gula.

Raja menoleh, wajahnya berubah kaget begitu menyadari siapa yang barusan saja mengusiknya.

Felicia Yudhoyono, mengenakan kaus putih dengan sablonan nama kelasnya waktu SMP dulu, celana pendek hitam, dan sendal jepit biru laut. Dari tas yang bersampir di bahunya, Raja menarik kesimpulan, gadis itu baru pulang les atau bimbel sejenisnya.

"Kak Raja?" tanyanya lagi. "Iya kan??"

Raja berbalik menghadapnya dengan senyum canggung. "Iya. Lo Felicia Yudhoyono?"

Gadis itu mengangguk.

Astaga, kenapa belakangan ini hidupnya terus-terusan berurusan dengan gadis itu? Kemana dua tahun sebelumnya dimana ia bahkan tidak pernah mengenal nama Felicia Yudhoyono?

"Kak Raja sendiri?" tanyanya lagi yang dijawab dengan anggukan. "Kakak mau makan di tempat atau bawa pulang?"

Felicia merutuki perkataannya sepersekian detik kemudian.

Kenapa ia terdengar seperti seorang pelayan restoran?!

"Seharusnya di tempat, dek," jawab Raja tersenyum kecil, juga menyadari keanehan kecil itu. "Kenapa, lo juga mau?"

Felicia terlihat ragu. Niat awalnya memang hanya untuk pergi membeli sepotong kue tar untuk abangnya - yang sebenarnya akan ia makan sendiri nanti. Tetapi sekali bertemu dengan si Raja-Raja yang belakangan ini sudah ia hapal biodatanya saking sering dibaca berulang-ulang, ia memutuskan untuk mengubah tujuan awalnya.

"Iya kak, bareng yuk?" ajaknya agak canggung, memaksakan senyum seramah mungkin.

Raja mengangguk saja. Ia juga ingin mengorek lebih dalam tentang Felicia Yudhoyono. Ia juga ingin tahu karakter-karakter gadis itu. Apa ia gigih, teliti, peka, dan sebagainya. Seperti apa yang ia bilang sebelumnya, ia tidak akan membiarkan gadis itu membongkar rahasia yang sudah ia bangun dan jaga selama dua tahun terakhir ini.

Exam Service Provider | 02-04lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang