s e v e n t e e n

909 191 54
                                    

[17]
Bros

...

ARJUNA meletakkan dua botol air putih di atas meja.

"Bukannya lo yang kasih tahu kita untuk berhati-hati sama si kedatit itu?" tanya Arjuna sambil membuka salah satu botol minumannya.

Ngomong-ngomong, Arjuna menggunakan kamus singkatan Yovita. Kedatit, Ketos Tidak Bertitit.

Raja tidak menjawab. Satu, ia masih marah pada Arjuna. Dua, ia tidak suka bagaimana Arjuna berbicara kepadanya seakan-akan mereka sudah berteman seperti biasa. Tiga, ia masih malu karena terpergok melakukan hal tersebut kepada sang kedatit. Di depan Vanessa lagi.

Arjuna, yang tidak kunjung mendapatkan jawaban dari Raja, menyibukkan diri dengan membuka segel botol air mineral. Setelah berhasil melepaskan tutupnya, ia menyiram Raja dengan isinya.

"BANGSAT AYOK RIBUT SINI!" maki Raja langsung berdiri. Air menetes dari ujung-ujung rambut dan dagunya yang runcing.

Alih-alih ikut terpancing, Arjuna malah menatap sahabatnya itu malas. "Duduk, bego."

Tidak mau kalah, Raja mengambil satu botol lagi yang ada di atas meja dan menyiramkan isinya ke wajah Arjuna.

"ANJING SINI MAJU LO!"

Bagaimana bisa ada yang percaya nilai-nilai bagus itu datang dari kepala mereka sendiri kalau tingkahnya saja tolol begini.

Terakhir keduanya duduk kembali, masing-masing malas mau bertengkar lagi. Lebih baik diam-diaman saja, seperti sepasang kekasih yang sedang berselisih.

Setelah waktu yang cukup lama dalam diam, Arjuna akhirnya mengalah dan buka suara.

"Uda kita putus aja."

Sebuah botol yang isinya tinggal seperempat melayang mengenai sisi kepalanya, membuat Arjuna mengaduh keras dan menoleh ke arah Raja yang melipat tangannya dengan wajah songong.

"Bangke," maki Arjuna menahan diri supaya tidak terpancing emosi. "Gue bercanda doang."

"Candaan lo gak lucu," balas Raja datar.

Keduanya kembali diam.

"Pengen marah astaghfirullah. Ga jelas banget mereka. Aduh gue masuk bikin mereka berdua ciuman aja dah."

"Njir, suara lo kebesaran!"

"Ngaca bagong!"

"Kalian berdua ribut!"

"Nessa juga!"

Arjuna dan Raja saling lirik-lirikan dengan pandangan mereka-lagi-mereka-lagi.

Raja menggeleng-gelengkan kepala, dan tanpa suara mengatakan, "Bocah pada nguping."

Arjuna mengangguk, menggerakkan kepalanya ke arah pintu. "Ke tempat lain aja."

Raja mengangguk setuju. Dalam hitungan ketiga, keduanya bangkit dari kursi dan lari tunggang-langgang meninggalkan kelas itu, melewati ketiga gadis yang sedang bersembunyi di balik tong sampah lorong. Sibuk berdebat - khas wanita.

Keduanya bergegas pergi ke lapangan kosong di lantai lima, tempat biasanya anggota klub badminton berlatih.

Raja duduk di sisi lapangan, kakinya yang panjang ia tekuk. Sementara Arjuna, ia memilih untuk berdiri tidak jauh dari sana, memandang langit-langit yang tinggi, larut dalam pikirannya sendiri. Raja juga menemukan sebuah shuttlecock di lantai, dan memain-mainkan benda itu untuk menghabiskan waktu.

Exam Service Provider | 02-04lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang