n i n e

1K 218 17
                                    

[9]
Day Minus One

...

NAPAS Samuel masih terdengar memburu bahkan setelah kakinya mencapai ruang OSIS.

Mungkin karena ia masih belum pulih dari ketakutan, mungkin karena ia melangkah terlalu cepat, mungkin perpaduan keduanya. Yang jelas, Samuel deg-degan.

"Uda, seneng?" sahutnya ketus begitu masuk ke dalam ruangan, melemparkan kunci di tangannya ke seorang gadis yang sedang duduk dengan kaki bersila di atas sofa.

Felicia sigap menangkap serangkaian kunci tembaga yang dilemparkan ke arahnya, menimbulkan bunyi gemerincing singkat. Senyumnya merekah puas.

"Gitu dong, Kak Sam," cengirnya sambil memain-mainkan benda itu di tangannya.

Samuel mendengus samar, mengacak-ngacak rambutnya yang sedikit dibasahi keringat dingin.

Kalau ada yang ingin tahu mengapa ia begitu gugup, jawabannya karena gadis itu baru saja menyuruhnya mencuri.

Bahasa gadis itu, meminjam, tetapi mengambil sesuatu tanpa seizin pemiliknya, termasuk mencuri.

Darimana?

Dari kantor BK.

Kantor BK sering ditinggalkan kosong tanpa penjagaan ketika guru-gurunya pergi piket ataupun ke toilet. Masalahnya hanya dua orang satpam yang posnya berhadapan dengan ruang BK.

Samuel hanya perlu beralasan hendak mengambil kunci laboratorium kimia untuk praktikum, lalu ia tinggal masuk dan menyambar salah satu kumpulan kunci yang dimaksud.

Gampang sih. Tetapi tetap saja. Samuel tidak suka melakukannya.

Felicia bergegas keluar dari ruangan OSIS, lelaki itu mengekorinya dari belakang. Ia mengendap-ngendap menuju ruangan CCTV yang tidak pernah diperiksa, kecuali jika ada kejadian tertentu.

Ada sekitar enam kunci yang tergabung dalam satu kumpulan, dan ia harus mengetesnya satu per satu. Pada kunci ketiga, akhirnya pintu kayu itu terbuka.

Felicia melirik ke belakang memastikan tidak ada yang melihat mereka, lalu menarik tangan Samuel masuk.

Gadis itu tidak mengunci pintu setelah mereka berdua masuk. Ia menggunakan gerendel, lalu menghidupkan lampu.

"Ayo kita cepet," katanya sambil berjalan mendekati layar besar yang menampilkan rekaman dari berbagai CCTV yang dipasang di seluruh penjuru sekolah.

Felicia duduk di kursi menghadap layar, tubuhnya ia condongkan ke depan sementara matanya mencari-cari.

"Yang itu," tunjuk Samuel tiba-tiba.

Perhatian gadis itu melesat ke salah satu layar yang menunjukkan aula ujian yang gelap gulita, kursi dan meja yang tersusun tidak ditempati.

"Yang ini juga," tambah Samuel, menunjuk ke layar yang lain yang kira-kira menampilkan hal yang sama, hanya dari sudut yang berbeda.

Felicia mengangguk, lalu menginjakkan kakinya di atas kursi. Dengan dibantu Samuel, ia bertumpu pada kursi itu dan menempelkan sebuah selotip berwarna di sudut layar.

Exam Service Provider | 02-04lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang