t w e n t y n i n e

789 169 70
                                    

[29]
Total Transition

...

Teman-teman, ga mau terkesan memaksa ya, tapi ingat kalau aku akan menghargai kalian yang menghargai aku.

Aku akan membalas kalian yang berbicara kepadaku, jadi jangan takut untuk komen. Aku ga gigit.

Uda itu aja. Enjoy!

...

SUDAH terhitung sejam lamanya Felicia berjalan kesana-kemari di dalam kamarnya sendiri.

Biasanya ia tidak akan suka menghabiskan waktunya dengan tidak melakukan apa-apa. Kalau tidak mengurusi OSIS, ia akan mengerjakan tugasnya. Kalau tidak mengerjakan tugas, ia akan belajar. Kalau tidak belajar, berarti ia sedang makan, minum, mandi, atau buang hajat.

Sesederhana itu.

Semuanya sesederhana itu sampai Raja mulai merayap ke dalam pengawasannya.

Mengesalkan sekali.

Wajahnya yang tampan dengan senyumnya yang manis dan sikapnya yang perhatian. Bahkan memanggilnya dengan embel-embel 'dek'.

Mengesalkan. Mengesalkan karena Felicia jadi lebih berhati perut kepadanya.

Coba saja Kak Raja gak seganteng itu, pernah sekali dipikirkannya, pasti aku ga bakal ragu-ragu laporin dia ke Papa.

Karena jujur saja, kalau ia tidak membangun hubungan sebatas teman dengan Raja, ia tidak akan peduli apakah lelaki itu tamat SMA atau tidak.

Felicia menghempaskan tubuhnya ke atas kasur, menendang gulingnya kesal. "AHHH KAK RAJA NYEBELIN!"

"MAU AKU LAPORIN GA TEGA!"

"GA AKU LAPORIN MAKIN NGELUNJAK!"

"AH ANJINGG, DASAR KEBO SIPIT!"

Felicia ribut menyumpahi sang kakak kelas, sampai tidak sadar pintu kamarnya dibuka dari luar.

"TAI KAMBENG! KURANGIN DIKIT GANTENGNYA KENAPA!" serunya sambil menelungkupkan kepalanya ke atas permukaan kasur.

Ia menggeram-geram kesal, seperti mengambek dengan cara kekanak-kanakan.

Biasanya Feli tidak seperti ini. Raja benar-benar sudah membuatnya gila.

"... siapa?"

Felicia membeku. Suara-suara anehnya hilang ditelan bumi, meninggalkan pita suaranya yang tercekat.

Tolong jangan bilang...

Ayahnya mendengar semua ocehannya.

"Feli? Siapa yang gantengnya harus dikurang-kurangin?"

Feli mau berteriak saja rasanya.

Gadis remaja itu membalikkan badan, buru-buru menuruni ranjang dan dengan langkah tertatih-tatih menghampiri sang ayah yang berdiri di tengah kamar.

"P-Papa..."

Sang ayah mengangkat kedua alis, melirik ke sekelilingnya. "Siapa yang kamu maksud gantengnya keterlaluan sampai harus dikurang-kurangin segala?"

"Hehe... Papa ngapain kesini?" tanya gadis itu, usaha menyedihkan untuk mengalihkan topik pembicaraan.

"Siapa yang gantengnya harus dikurangin?" desak sang ayah.

Exam Service Provider | 02-04lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang