s i x t e e n

909 193 61
                                    

[16]
Imbecile Brats

...

Selamat untuk kalian yang nebak benar di bab sebelumnya!

Serius, kalian cenayang ya? Aku kaget parah. Boleh dong baca telapak tangan aku sekali-kali UwU

...

"SIAPA yang ninggalin pintu gudang terbuka begini?" gumam Felicia pada dirinya sendiri, menatap pintu gudang itu heran.

Gadis berambut sebahu itu melirik ke sekelilingnya, mendapati tidak ada orang selain dirinya yang berdiri disana.

Tidak ada salahnya memeriksa, pikir gadis itu. Ia meletakkan kardus berisikan perlengkapan kelas itu di lantai, tepat di sebelah pintu gudang yang terbuka, sebelum berjalan masuk ke dalam gudang gelap itu.

Baru saja Felicia hendak meraba-raba mencari sakelar lampu, sebuah tangan terlebih dahulu menangkap tangannya, membungkusnya dalam kehangatan.

Meskipun Felicia tidak percaya akan adanya hantu - dan kalaupun mereka benar-benar ada, tangan seorang hantu tidak akan sehangat dan senyaman ini - ia tetap saja kaget.

Gadis itu terlonjak pelan, otomatis berjalan mundur membawa siapapun yang menyentuh tangannya sekarang melangkah ke dalam cahaya.

"Kak Raja?"

"Sakelarnya uda rusak," jelas sang pemilik nama sambil melepas tangannya, tanpa sadar mengelus tengkuk lehernya malu. "Kalau disentuh bakal kesetrum dikit, jadi lebih baik jangan."

Felicia mengangguk, mengingat teori yang dipaparkan Samuel kepadanya pagi ini. Setidaknya sudah terkonfirmasi.

"Kak Raja kenapa disini, gelap-gelap?" tanyanya, dan bersamaan dengan itu pintu gudang ditutup dan dikunci dari luar, otomatis membuat keduanya terlonjak kaget.

"Apaan anjir?" tanya Raja heran.

Ia bergegas memutar gagang pintu, tetapi pintu itu masih diam di tempat. Felicia ikut mendorong-dorong daun pintu.

Raja menendang pintu itu dengan kakinya, tetapi hasilnya nihil. Kesal, ia akhirnya mendobrak pintu itu beberapa kali dengan bahunya.

"Kak Raja," panggil gadis itu, sebelah tangannya terjulur untuk menggapai kakak kelasnya itu dalam gelap. "Ga bakal kebuka meskipun kakak dobrak begitu."

Setelah satu dobrakan terakhir yang lebih kuat, Raja berhenti dengan napas terengah-engah, memegang bahu kirinya yang terasa nyut-nyutan. "Jadi gimana?" tanyanya dengan kening berkerut.

Felicia meraba-raba saku roknya. "Hapeku ketinggalan di ruang OSIS."

Raja ikutan melakukan hal yang sama dengan saku celana dan kemejanya, ketika tiba-tiba ia mendengar gadis itu terkesiap pelan.

"Dek??!"

Felicia mengelus sikunya sambil mengerang. "Kakak bener, bisa kesetrum," keluhnya. Ia hanya berjalan mundur tanpa berpikir banyak tadi, dan sikunya menyentuh apa yang ia rasa adalah sakelar lampu. Seperti yang dikatakan Raja, ia tersetrum sedikit.

Raja tersenyum kecil. "Uda dibilang kan. Sakit gak?"

"Kaget aja," jawab Felicia masih sambil mengelus-ngelus sikunya.

Raja manggut-manggut, lalu teringat dengan sesuatu, ia buru-buru berbicara, "Ngomong-ngomong, kenapa lo tiba-tiba kesini, dek?"

"Aku cuma nampak pintu gudang yang kebuka, makanya mau aku cek manatau ada yang kecolongan. Kakak sendiri yang kenapa ada disini gelap-gelap sendiri? Nyeremin tau."

Exam Service Provider | 02-04lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang