f o r t y f o u r

708 151 225
                                    

[44]
The Proposal

...

RAJA membanting pintu mobilnya tertutup, kakinya yang panjang nyaris tersandung sementara ia tergesa-gesa berlari menghampiri keributan itu.

"Nessa!" panggilnya, dan gadis yang sedang menangis itu berbalik, lari menyelusup ke dalam dekapannya yang hangat.

"K-kak..."

"Apa-apaan ini?" decak Raja tidak percaya melihat kerusuhan di depannya, kedua tangannya mengerat pada pundak Vanessa.

Kalau ditanya apa Raja takut? Tentu saja dia takut. Rentenir itu tidak mungkin datang sendirian, dan benar, ada sekitar lima atau enam pria berbadan kekar yang tengah mengobrak-abrik unit rumah susun keluarga Vanessa. Tetangga mulai keluar, berkerumun menonton dengan bisikan seru.

Raja menghela napas. Vanessa dan keluarganya pasti malu luar biasa dijadikan tontonan publik seperti ini.

"Dek, masuk mobil," katanya pada gadis itu, tak lupa mengelus kepalanya lembut. "Ajak adik-adik kamu. Orangtua kamu juga."

"Kak-" Kedua mata Vanessa masih basah, tangannya gemetaran menahan lengan Raja. "Kakak tolong jangan masuk ke dalam. Tolong jangan ngomong sama mereka- mereka- mereka bukan orang rasional-"

Raja mengangguk-angguk mengerti, merapikan rambut gadis itu menenangkan. "Ngerti, kakak ngerti. Sekarang kamu masuk. Kakak gak bakal ngelakuin sesuatu yang bodoh. Kamu percaya kakak kan?"

Vanessa mengangguk lambat-lambat sebelum Raja melepaskan pelukannya, menghidupkan mesin mobilnya dari kejauhan.

"Masuk, kunci mobilnya dari dalam," kata Raja memperingati, sebelum berlari menjauhi Vanessa menuju rumah susun itu.

"Unit 3!" seru Vanessa, meski sudah pasti Raja akan tahu dari keributan yang terjadi di dalamnya.

Raja tidak langsung masuk. Ia tidak sebodoh itu.

Ia hanya seorang remaja yang kebetulan memiliki tinggi badan di atas rata-rata. Kalau ia macam-macam, sudah pasti ia akan langsung mati dikeroyok para rentenir dan debt collector yang datang merusuh itu.

Raja ingin melakukan pembicaraan yang rasional dan manusiawi, tetapi ia harus mendapatkan perhatian mereka terlebih dahulu.

Masalah ini jelas tidak bisa diselesaikan seorang diri.

Raja berbalik, merogoh saku celananya dan bergegas menghubungi nomor satu-satunya orang yang ia rasa bisa membantunya sekarang.

"Halo, Kak? Ini Raja, adik Kak Naomi. Kak Jeff sibuk sekarang?"

...

Malam Felicia dimulai dengan sangat santai. Ayahnya masih bekerja di sekolah, menyelesaikan beberapa urusan krusial, sehingga ia ditinggal sendirian di rumah.

Sekitar pukul tujuh, abangnya menelepon dan mereka berbincang.

Nicholas yang mendapat informasi kalau adiknya belum dan juga berencana untuk tidak makan malam hari ini, otomatis mengomelinya habis-habisan.

Felicia lalu membalasnya dengan sindiran setengah guyon, "Abisnya kakak gak pernah ngajak aku makan diluar."

Dan setengah jam kemudian, mereka berdua duduk di bawah tenda nasi goreng depan kosan sang kakak, masing-masing dengan sepiring nasi goreng pedas yang mengepul dan segelas teh manis hangat.

"Jadi maksud lu ada cara untuk anak-anak sekolah dapet nilai seratus setiap kali ujian?" Nicholas bersiul takjub. "Seharusnya gue lahir di tahun lu."

Exam Service Provider | 02-04lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang