24. Cemburu

2.4K 66 1
                                    

Typo bertebaran 😪

HAPPY READING...

****

24. Cemburu

Sudah dua hari dari malam perayaan ini, Lala tidak berbicara dengan Taska. Hanya pada saat malam perayaan Lala seperti nya memberikan lampu kuning. Namun dalam sekejap. Dalam hitungan detik lampu kuning itu berubah menjadi merah. Bahkan Taska sampai mendatangkan ke rumah Lala. Namun nihil yang selalu ia dapat. Bahkan Taska tau bahwa Lala berada di rumah, namun bi Nani selalu berkata bahwa Lala tidak ada di rumah atau sedang pergi keluar bersama tiga sahabat nya.

Tidak pernah lelah dan henti henti nya Taska mengejar Lala. Namun di sisi lain, ada yang sedang memperjuangkan Lala juga. Ferry. Nampak nya pria ini tidak main main dengan perkataan nya. Namun Taska tidak mau mengalah. Di selalu memperjuangan Lala. Toh yang datang pertama diri nya bukan Ferry.

Mengapa di saat Taska sudah melupakan nya wanita itu malah kembali. Bahkan wanita itu menyuruh nya untuk melupakan nya. Sudah hampir tiga tahun yang lalu. Kenapa Taska jadi sebodoh ini? Menerima gadis itu kembali tanpa memikirkan Lala.

Dan kenapa juga Taska dulu mau dengan gadis itu. Gadis yang merusak hubungan persahabatan nya dengan Ferry. Semua seketika menjadi serumit ini. Taska bingung harus bagaimana. Semua sudah berubah total. Semua kesalah yang pernah Taska perbuat tidak bisa untuk memperbaiki keadaan sekarang. Hanya penyesalan lah yang Taska dapat.

Semua pikiran nya itu terus datang. Bahkan sekarang. Taska yang tengah duduk di meja makan bersama orang tua nya pun. Pikiran nya entah ke mana. Hanya Lala. Memang dan jelas. Taska lemah jika menyangkut kepada seseorang yang di sayang nya.

"Bang" panggil Mama untuk kedua kali nya. Tidak ada jawaban. Hanya dentingan sendok yang di pukul kecil kecil di atas piring.

"Abang" kini Papa ikut andil memanggil Taska. Namun hasil nya nihil

"ABANG TASKA" panggil Luvi sangat keras sekali. Taska tersentak karena nama nya di panggil sekuat itu.

"A..pa?" Tanya Taska bingung

"Kamu itu niat nya mau makan apa engga sih. Kalo engga mending kamu ke kamar kamu aja sana. Belajar" kata Papa Taska seperti sedang marah.

"Iya. Emang Taska gak niat makan" kata Taska yang langsung pergi meninggalkan mereka. Dengan kesal Taska membanting pintu kamar nya.

"Papa gak boleh kaya gitu Pah" kata Mama yang langsung menyusul Taska.

"Bang ayo makan. Jangan dengerin papa ngomong" kata Mama ketika sudah masuk di dalam kamar Taska. Taska sedang berdiri di balkon kamar nya. Tangan nya memegang erat erat besi menjadi pembantas.

"Gak Mah. Abang gak laper" jawab Taska santai.

"Abang dari pulang sekolah belom makan. Ayo bang makan nanti sakit lagi" kata Mama kekeh memaksa Taska untuk makan.

"Abang gak laper mah"

"Kalo engga gini aja deh. Mamah bawain ya ke sini makan nya. Sama ade Luvi ya. Abang kalo lagi kaya gini kan ade Luvi paling pinter nya buat Abang senyum" kata Mama.

Kini mama Taska sudah berdiri di samping Taska. Ia memengga lengan anak nya. Tinggi tubuh nya hanya sepundak Taska. Ya anak nya ini tinggi sekali.

"Jangan Mah. Entar papa marah sama mama" kata Taska menolak.

"Masalah Papa. Mama yang urus. Sekarang kamu mau apa engga?" Tanya Mama

"Iya Ma. Taska mau. Jangan yang pedes ya. Lagi ga mood makan pedas" kata Taska yang akhir nya mau makan, walau makan nya di bawa ke kamar. Terdengar manja? Memang. Taska sangat manja ketika di dekat Mama nya.

TASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang