0. Prolog

373 55 68
                                    

Praangg!!

Suara gelas pecah menggema sampai menyita perhatian para pelanggan yang tengah asyik menyesap kopinya. Dari sudut ruangan duduk dua orang pemuda yang sepertinya sedang mengerjakan tugas sekolah. Mereka masih menggunakan setelan seragam dengan celana abu-abu, dan beralmamater warna biru tua. Semua pelanggan menatap pelayan yang kini sedang ditegur oleh pimpinannya, karena itu sudah gelas yang ketiga kalinya pecah dalam sehari.

"Kalau kerja yang benar! Hati-hati. Ini sudah gelas ketiga dalam sehari. Nanti kalau bos tau gaji kamu bisa dipotong!" tegur seorang pemuda dengan baju pelayan.

Gadis itu berjongkok dan membersihkan pecahan gelas. Seorang gadis pelayan lainnya berlari dengan membawa sebuah pel lantai untuk membantu membersihkan sisanya.

"Maaf atas keributan yang terjadi," ujar pemuda pimpinan pelayan tadi sambil setengah membungkukkan badannya.

Semua pelanggan kembali pada kesibukannya yang tertunda, kecuali dua pemuda yang duduk di sudut ruangan. Sepertinya mereka tengah asyik bergunjing atau semacamnya.

"Lihat! Pelayan yang ceroboh tadi, bukannya dia lumayan cantik?" ujar seorang pemuda dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya kepada orang di depannya. Yang diajak bicara hanya melirik sekilas. Ia menyandarkan punggungnya pada penyangga kursi lalu menyeruput kopi hitamnya perlahan.

"Menurut lo begitu?" balasnya setelah menaruh cangkirnya kembali.

Pemuda berkacamata itu mengangguk. "Andai aja dia memoles wajahnya dikit, dia pasti bisa jadi model dengan postur tubuhnya yang bisa dibilang cukup sempurna."

"Lo pikir itu mudah? Dasar," balas pemuda tadi dengan tidak acuhnya. Ia menutup laptopnya dan memasukannya ke dalam tas. Ia mengusap rambut ke belakang lalu beranjak dari kursinya. "Bayarin kopi gue, ada urusan mendadak," lanjutnya sebelum pergi.

Pemuda berkacamata itu hanya bergumam tidak jelas, sepertinya ia mengumpat.

Pemuda satunya berjalan sambil menenteng tasnya, dan dengan sengaja ia melewati pelayan wanita tadi, lalu membisikkan sesuatu. "Have a nice day," bisiknya sambil berlalu. Pelayan wanita itu mengerutkan alisnya dalam, dan melihat kepergian pemuda tadi.

"Rambutnya kayak landak," gumam pelayan wanita itu dengan wajah heran.

"Nada, jangan bengong. Kerja!" pimpinan pelayan tadi meneriakinya lagi dengan tegas.

Pelayan yang dipanggil Nada itu bergegas mengambil pesanan lalu mengantarkannya pada pelanggan.

***

Masa Badai yang Indah [ COMPLETE ] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang