25. Alien

78 18 27
                                    

Perhatikan typo!

***

“Aaw! Sakit banget sumpah sakiiit!” Lia memekik sambil membuang pena dari tangannya.

Nada mengerutkan alisnya. “Sakit apanya?” tanya Nada yang kini melihat Lia dengan ekspresi heran.

“Ini tuh waktunya istirahat tapi kita malah dikasih tugas Matematika yang harus dikumpulin setelah istirahat.”

“Yang seperti itu memang tidak adil,” sahut Yugo.

Memang ada beberapa guru yang berlaku tidak adil dengan mengambil jam istirahat sebagai ganti jamnya. Mereka pikir itu hal bagus, padahal otak juga perlu beristirahat barang sejenak.

Melakukan sesuatu yang tidak disukai itu juga tidak menyenangkan, setidaknya setiap orang punya kemampuannya masing-masing. Jangan memaksa seseorang untuk menjadi ahli dalam segala hal, bahkan seorang profesor saja juga ahli dalam satu bidang.

Tugas seorang guru adalah mengajar siswa dalam belajar untuk bisa menemukan bakat siswa dalam bidang apa. Guru : digugu dan ditiru. Semoga saja tidak ada guru yang mengajari siswanya untuk memaksa seseorang menjadi sesuai keinginannya.

Nada menghela napas karena sebenarnya dia juga kesal. “Gue bentar lagi selesai kok,” ujar Nada juga lesu. Nada juga seorang manusia, mungkin dia cerdas tapi otaknya juga perlu beristirahat.

“Kayaknya gue dapat kutukan buat jadi bloon dalam bidang perhitungan,” Lia bermonolog dengan suara lesu.

Nada tertawa mendengar keluhan Lia yang menurutnya agak berlebihan. “Lo pasti ahli di bidang lain,” ucap Nada menenangkan.

Lia menepuk tangannya sekali. “Lo emang yang terbaik, Nad. Lo ngertiin kita, orang-orang bloon dalam perhitungan,” ujar Lia kembali bersemangat.

“Iya gue yang status temen lo masak iya gue bikin lo patah semangat. Jangan terlalu risaukan hal yang sulit lo gapai, karena ada hal lain yang bisa lo genggam tapi malah lo tinggal, kan jadi merugi dua-duanya,” ujar Nada bagaikan seorang motivator.

Lia memasang ekspresi terharu. Ia memeluk Nada secara paksa sampai membuat orang-orang memperhatikan mereka berdua, apa lagi Yugo yang kini sudah berdiri di depan meja mereka sambil melihat isi buku Nada tanpa izin.

“Lo emang temen gue yang terbaik,” ujar Lia masih dengan memeluk Nada.

“Li ... lepas, geli, ih,” keluh Nada.

Lia melepas pelukannya ketika melihat Yugo sudah berdiri di depan meja mereka berdua. Kali ini Lia memasang wajah masam karena muak hanya dengan melihat Yugo yang dianggapnya gila.

“Nada ada benarnya, dan gue ngasih lo satu saran. Jangan terlalu baper sama kata-kata guru, lakuin sesuai hati lo dan jangan maksa,” sahut Yugo yang tumben tanpa cibiran.

“Anak orang! Tumben lo bijak,” balas Lia dengan logat khasnya.

“Nama gue Yugo, bukan anak orang.”

“Oh, jadi anak apa?” balas Lia sambil melihat kukunya.

Nada kembali memutar matanya jengah. Mereka lagi-lagi mulai beradu mulut, serasa perang dunia keempat sedang berlangsung saat itu juga. Nada selesai dengan tugas Matematikanya. Ia melirik ke arah Lia dan Yugo yang masih bertarung dengan tatapan mata, Yugo sekarang duduk di belakang Nada dan Lia. Entah kenapa dia memilih duduk di sana, mungkin ia ingin mengganggu Lia.

“Gue udah kelar,” ujar Nada sambil menutup bukunya.

“Nih, gue nitip lo,” ujar Yugo sambil memberikan bukunya.

Masa Badai yang Indah [ COMPLETE ] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang