7. Skandal Awal

91 26 2
                                    

HARI ini Dito datang lagi ke cafe, malam ini dia sendiri. Pemuda itu datang diwaktu cafe hampir tutup, yaitu pukul sembilan lewat duapuluh menit. Nada sedikit heran melihat kunjungan Dito yang cukup malam, namun dia mengusir pikiran itu.

Ddrrtt...

Ponsel milik Nada berdering, dia melihatnya dan itu pesan dari nomor baru.

To : Nada

Gue tunggu di mobil.

From : 085*********

Nada mengerutkan alisnya, dia melihat nama kontak, 'Rama D. A'. Nada membulatkan matanya, bagaimana dia bisa melupakan nomor yang membuatnya banyak dibenci kakak kelas. Ia melihat ke arah Dito yang kini baru saja enyah dari kasir, ia keluar dari pintu dan sosoknya menghilang begitu saja.

Nada menengok arloji yang dikenakannya, 21:40, sebentar lagi dia juga akan keluar. Jadi ini maksud kedatangan Dito diakhir jam buka. Nada bergegas membersihkan meja dan mencuci gelas terakhir, yaitu gelas yang barusan dipakai Dito.

Nada keluar cafe sambil menggosokkan tangannya, ia juga meniup tangannya seperti seorang yang sedang kedinginan, namun benar adanya jika akhir-akhir ini hawanya cukup dingin. Nada melihat Dito yang bersandar pada pintu mobilnya.

"Ada apa kak?" tanya Nada yang kini sudah berdiri di depannya.

"Masuk."

Mereka kini sudah berada di dalam mobil, suhunya di dalam cukup hangat jika dibandingkan suhu di luar. Dito melihat Nada sekilas, ia menyalakan mobilnya dan melajukannya.

"Mau ke mana, kak?" tanya Nada penasaran.

"Gue mau ngelanjutin pembicaraan kemarin," balas Dito sambil melihat jalanan yang cukup gelap.

Dito memarkirkan mobilnya di area pasar malam. Nada celingukan melihat Dito yang malah membawanya ke tempat seperti ini. Pemuda itu duduk agak menghadap ke Nada.

"Gue mau tanya, nyokap sama bokap lo ke mana emang?" tanya Dito dengan nada bicara biasa.

"Oh itu, mereka cerai waktu aku masih duduk di bangku SMP kelas delapan," balas Nada seadanya.

Dito menganggukkan kepalanya. "Terus lo sama siapa? Dan kenapa lo kerja?"

"Aku sama papa, aku kerja ya cuma buat ngisi waktu luang, sih. Cafe itu punya papa."

"Bokap gak di Jakarta?" tanya Dito lagi.

Nada langsung menggeleng. "Enggak, papa ke luar negeri. Papa punya perusahaan kecil-kecilan di sana."

Dito tampak tidak percaya jika itu hanya sebuah perusahaan kecil, bagaimanapun cafe yang biasa dikunjunginya adalah cafe yang cukup mewah. Namun pada akhirnya Dito hanya mengangguk paham, namun dia masih belum puas bertanya.

"Nyokap?"

"Enggak tau, kak. Aku hilang kontak sama mama. Terakhir aku tau mama di mall, dia jalan sama pria, dan aku gak tau itu siapa."

Dari situ Dito bisa menyimpulkan semuanya. Dia sudah tidak ada bahan pertanyaan lagi seputar keluarga Nada. Kesimpulannya hanya sekadar opini pribadi, Dito tidak ingin ikut campur lebih dalam. Dito hanya ingin mengenal Nada, bukan mencaritahu tentang masalah keluarganya.

"Maaf kalau gue banyak tanya," ujar Dito setelah puas bertanya.

"Enggak apa-apa, kok," balas Nada.

Dito teringat satu hal, hingga membuatnya mengerutkan alis. “Lah kemarin lo manggil mama waktu di depan toko?” tanya Dito spontan.

Nada terkekeh. Gadis itu mengusap tengkuknya. “Itu ... sebenernya aku mau teriak maling, tapi ternyata itu kak Dito. Jadi ya ... aku berdalih biar gak malu.”

Masa Badai yang Indah [ COMPLETE ] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang