10. Tes OSIS

67 21 2
                                    

HARI ini pengurus OSIS disibukkan dengan agenda tahunan yang memang sudah seharusnya dijalankan. Ya, tes masuk kepengurusan OSIS akan dilaksanakan hari ini. Tes pertama adalah tes tulis, yang kedua adalah tes visi-misi melalui sebuah gambar yang berfilosofi, dan yang terakhir adalah wawancara.

Nada membaca data siswa yang mencalonkan OSIS, mereka berjumlah 103 orang, namun sangat disayangkan, bahwa pengurus OSIS hanya membutuhkan tidak lebih dari 40 orang saja.

Romi, Mita, dan Nada tidak ditugaskan dalam satu ruangan yang sama, melainkan mereka terpencar. Romi mengawasi jalannya tes tertulis, Mita mengawasi jalannya tes visi dan misi, sedangkan Nada mengawasi jalannya tes wawancara. Tentu saja mereka tidak sendiri, mereka bersama pengurus OSIS senior.

Yang mendebarkan bagi para peserta adalah tes wawancara, percuma saja orang itu pintar tapi mental seperti puding. Tes wawancara tidak hanya melihat seberapa pandai orang itu, tapi juga seberapa cakap dan berani dia dalam mengungkapkan argumen dan opininya.

Nada duduk di sudut ruangan, dia hanya melihat jalannya tes wawancara, sedang yang mewawancarai adalah Dito, Deby, dan Ara. Kelopak mata Nada terasa sangat berat, ia benar-benar berusaha menahan kantuknya, bagaimana tidak? Dia hanya diam tanpa melakukan apa pun dan itu sudah berlangsung selama lebih dari tiga jam lamanya.

Sekarang waktu menunjukan pukul lima lebih limabelas menit. Tersisa limabelas menit dari jadwal yang tertulis di rundown, acara akan segera usai, itu juga kalau tidak molor.

"Peserta terakhir silakan masuk," ujar salah satu pengurus OSIS yang berada di luar ruangan.

Mata Nada langsung berbinar, kantuknya yang tadi tiba-tiba hilang entah ke mana. Dia tidak sabar untuk segera pulang dan menuju ke café. Nada lebih memilih menyibukkan diri di sana dari pada sibuk dengan OSIS yang kerjanya hanya duduk dalam diam dan ketegangan.

***

Hari ini Nada berjalan kaki, dia tidak mengendarai mobil karena malas jika bertemu dengan sosok Dito yang lebih sering terlihat berada di parkiran. Nada juga tidak tahu mengapa Dito lebih sering di sana, namun hal itu juga bukan urusannya. Mungkin saja dia cucu dari tukang parkir sebelumnya.

Nada menghentikan langkahnya ketika seorang pesepeda motor berhenti di depannya, Nada melihat siapa pelaku yang menghambat jalannya, dan ternyata itu adalah Romi. Pemuda itu tersenyum ke arah Nada, alhasil Nada juga membalas senyumnya.

"Sendirian aja lo?" tanya Romi sembari membuka kaca helmnya.

"Seperti yang lo lihat," balas Nada.

"Yuk bareng?"

"Gue mau ke cafe, bukan pulang."

Romi memiringkan kepalanya. "Mau jalan dulu?"

Nada segera menggeleng. "Enggak, gue kerja di sana."

"Lo kerja?!" Romi memekik karena terkejut.

"Ngisi waktu luang aja kok," jawab Nada santai.

Romi mengangguk paham. Pada akhirnya Nada membonceng motor Romi, karena akan lebih cepat jika naik motor ketimbang jalan kaki.

Sampai di cafe Nada langsung bergegas masuk dan berganti baju, baru saja dia selesai langkahnya dihadang oleh Rael. Pria itu menatap Nada dengan tatapan masam, Nada tahu pasti bahwa Rael meminta penjelasan atas pesan singkat waktu itu.

Rael adalah tipe orang yang malas membahas sesuatu lewat ponsel, jadi dia tidak membalas pesan Nada dan kemungkinan besar dia menunggu Nada datang ke cafe baru dia mengutarakan semua pertanyaan yang masih bersarang di kepalanya.

Masa Badai yang Indah [ COMPLETE ] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang