12. Karena Hujan

60 17 5
                                    

DITO menghentikan motornya tepat di depan gerbang rumah Nada. Gadis itu langsung turun dari motor dan melihat ke arah langit yang masih saja enggan menahan tangisnya.

"Kak masuk dulu, masih hujan," Nada terpaksa membawa Dito ke rumahnya karena hujan cukup deras.

Pemuda itu tidak menolak, ia langsung membawa motor besarnya menuju halaman rumah Nada. Dito mengibaskan rambutnya di teras. Bajunya sudah basah kuyup, untung saja tasnya anti air jadi laptopnya yang berisi tugas negara aman.

"Nih, kak," Nada menyodorkan sebuah handuk berwarna merah jambu, membuat Dito lagi-lagi menahan tawa.

Di teras rumah Dito mengelap tubuhnya yang basah. Nada juga menunggu di sana.
"Kak, ayo masuk. Pakai baju seadanya dulu ya, kak. Terus masukin baju yang basah ke mesin cuci. Biar aku keringin sekalian," ujar Nada dengan mata berbinar seperti mendapatkan sebuah ide cemerlang.

Dito tidak menjawab, dia mengikuti langkah Nada dari belakang. "Lo nggak ada jas hujan?" tanya Dito.

Nada menggeleng. "Enggak, kak. Adanya payung."

Dito menepok jidatnya tidak habis pikir dengan Nada, mobil saja punya tapi jas hujan tidak. Ya, memang itulah gunanya mobil, anti hujan, anti badai, anti panas bagi penggunanya. Nada mengabaikan kalimat Dito barusan, gadis itu berjalan menuju ruangan yang sangat jarang disinggahi.

"Ini kamar tamu. Kakak mandi dulu. Di sana ada kamar mandi kok. Terus bajunya taruh luar pintu. Itu handuknya," ujar Nada memberi arahan kepada Dito.

Nada keluar dari kamar tamu dan langsung berlari ke kamarnya sendiri. Dia menahan tawanya dan malah terkekeh kecil selama perjalanan menuju kamarnya. Gadis itu merencanakan sesuatu yang mengerikan.
Nada memilihkan baju yang akan di gunakan oleh Dito. Dia mengambil baju hangat dan juga celana trining yang agak lebar agar muat untuk Dito gunakan.

Gadis itu kembali ke kamar tamu dengan membawa baju yang sudah dipilihnya. Nada mengambil baju basah milik Dito yang diletakkan di depan pintu kamar mandi. "Kak, bajunya aku taruh di atas kasur ya. Kalo udah kelar nanti cepetan turun kak. Makan malam," ujar Nada agak keras biar Dito mendengarnya.

Nada keluar dari kamar dan berjalan menuju ke dapur, selama perjalanan dia terus bernyanyi sambil memasang senyum di wajahnya. Bahkan sampai di dapur Nada masih bernyanyi, moodnya saat ini benar-benar dalam keadaan baik dan berbunga-bunga. Ia tidak sabar menunggu Dito turun. Nada memasak nasi goreng sederhana, ia membuka lemari pendingin dan mengambil air dalam botolan.

Tap

Tap

Tap

Nada mendengar suara langkah kaki menuruni tangga, ia segera berbalik dan melihat Dito yang berdiri di sana dengan wajah masamnya. Nada berusaha sekuat mungkin menahan tawanya, wajahnya sampai memerah seperti kepiting rebus. Namun sia-sia saja ia menahan tawanya, karena sekarang Nada sudah terbahak-bahak sambil memegangi perutnya. Ekspresi Dito semakin tidak enak saja.

"Kak. Kakak pantes banget pakai itu," celetuk Nada di sela tawanya.

Nada memberika baju hangat wanita berwarna merah muda, dengan celana trining wanita yang agak kependekan jika dikenakan oleh Dito. Bayangkan saja seorang Rama Dito Ardiansyah, ketua OSIS yang disegani menggunakan baju wanita?

Dengan cepat Dito melangkah mendekati Nada, ia berniat memberi gadis itu pelajaran. Kali ini ia benar-benar kesal dengan gadis di depannya. Nada berlari ketika melihat Dito mendekatinya, pemuda itu juga ikut berlari. Nada memutari sofa yang ada di depan televisi agar Dito kesusahan menangkapnya. "Kak, kakak ganteng kok, jangan marah gitu," ujar Nada menggoda Dito, Nada masih saja tertawa melihat Dito yang menggunakan baju wanita.

Masa Badai yang Indah [ COMPLETE ] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang