3. Hari Kedua

148 37 23
                                    

Tuhan juga tahu. Mana yang benar, dan mana yang salah, tanpa harus kau jelaskan.

Hanya bualan.

***

MOS hari pertama berakhir pada pukul tiga sore. Lumayan untuk Nada beristirahat sejenak sebelum kembali bekerja di café. Nada memutuskan untuk berbaring sebentar sebelum bersiap-siap pergi kerja, lagi pula cafe hanya buka dari jam lima sore sampai dengan jam sepuluh malam. Nada sudah membeli perlengkapan wajib untuk MOS besok.

MOS hari kedua, panitia mengintruksi untuk membawa buah semangka dan membuat tas dari kardus. Untung saja Nada masih punya kardus laptopnya, jadi dia tidak perlu repot-repot membuatnya.

Di cafe terlihat agak sibuk, walau tidak seramai seperti hari-hari sebelumnya. Mungkin cukup membuat Nada agak kuwalahan karena rekannya yang satu izin akibat sakit demam.

Di lain tempat Dito melajukan mobilnya menuju cafe tempat biasanya dia menghabiskan waktu. Kali ini dia bersama Rengga, si kacamata. Mereka lagi-lagi membawa laptop seperti orang penting saja.

"Dito, lo tau nggak?--"

"Enggak," sahut Dito memotong kalimat Rengga, bahkan sebelum dia menyelesaikan kata-katanya.

"Ya elah, gue belum selesai ngomong Dit, dengerin dulu. Lo tau, gue tadi pagi waktu ambil foto anak MOS, enggak sengaja lihat si pelayan ceroboh itu. Dia sekolah di tempat kita," ujar Rengga dengan nada bicara yang bisa dikatakan over.

"Oh, anak itu, ya," balas Dito yang kelewatan cuek.

"Lo tertarik kan sama dia?" tebak Rengga sambil menunjuk ke arah Dito.

"Kenal juga enggak. Nggak usah bikin gosip ya lo."

Rengga hanya nyengir dan kembali melihat jalanan kota Jakarta dimalam hari.

Mereka sampai di cafe pukul sembilan lewat limabelas menit, cukup malam. Mereka tahu bahwa cafe ini tutup jam sepuluh malam, itu bukan masalah bagi mereka berdua.

"Eh, Dit! Lihat ini ada menu baru," ujar Rengga sambil menunjuk menu makanan yang sebelumnya tidak ada, "Gue mau coba nasi goreng deh, kali aja enak," lanjut Rengga girang.

Dito menyamakan pesanannya dengan Rengga. Mereka menanti pesanan datang sambil berbincang mengenai MOS besok. "Oh, ya, Dit. Tadi si Arumi kenapa?" tanya Rengga penasaran.

"Dia tadi hampir nampar siswa baru," balas Dito sambil menggeser-geser layar ponselnya.

"Gila ya tuh cewek, haus kekerasan apa gimana, sih," balas Rengga antusias. Dia hanya tidak habis pikir dengan sikap Arumi yang suka sekali terhadap kekerasan.

Pesanan mereka datang. Mata Rengga berbinar melihat pesanan yang dinantikan akhirnya datang juga. Ia membaca name tag di dada pelayan itu, Shinta Nada Adninda.

"Eh, nama lo Shinta, ya! Salam kenal ya, calon adik kelas," ujar Rengga sok kenal dan sok dekat.

Nada salah tingkah, ia sedikit menunduk. "Nada, kak. Selamat menikmati," Nada hendak pergi namun ditahan oleh Rengga yang kelewatan usil, dia menarik seragam Nada dari belakang.

"Rengga! Lo nggak sopan banget!" tegur Dito yang melihat kelakuan temannya.

Nada berbalik dan membenarkan seragamnya, Rengga hanya menyengir seolah tidak merasa berdosa sama sekali.

"Duduk sini dulu dong, Shinta," ujar Rengga membuat orang yang mendengarnya ingin segera menempeleng kepalanya.

"Maaf, saya sangat sibuk."

Masa Badai yang Indah [ COMPLETE ] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang