24. Kegilaan

68 14 18
                                    

SEMUA pengurus OSIS akan berkumpul sesuai intruksi Dito yang sudah disampaikan kepada Deby lewat pesan singkat semalam. Sekarang waktu menunjukan pukul delapan lebih sepuluh menit. Deby dan Arkana sudah sibuk membimbing pengurus lainnya untuk segera menuju ke ruang OSIS, sedang Ara sedang sibuk dengan kunci ruang OSIS yang lupa dia taruh di mana.

“Udah ketemu belum?” tanya Deby sambil menengok arlojinya dengan gelisah.

“Belum. Bentar gue inget-inget dulu,” balas Ara sambil menatap langit-langit koridor.

Arkana hanya melipat tangan di dada sambil melihat para pengurus lain yang sudah berdiri di belakangnya. Tiba-tiba Ara berlari mendekati pot tanaman dan sedikit mengangkatnya.

“Ini dia!” ucapnya ketika sudah mendapatkan kunci yang ternyata dia letakkan di bawah pot tanaman hias.

Deby dan pengurus OSIS yang lain hanya menggelengkan kepala, merasa tidak habis pikir dengan kelakuan Ara yang bisa dikatakan cukup gila. Gadis itu membuka pintu ruang OSIS, baru saja ia membukanya sedikit namun langsung  ditutup kembali. Matanya membulat sempurna ketika berusaha menutup pintu sepenuhnya.

“Kenapa?” tanya Deby sambil mengerutkan alisnya.

Ara menarik paksa tangan Deby untuk melihat arlojinya yang kini menunjukan pukul delapan lebih tujuhbelas menit. “Untuk semua pengurus OSIS tercingtah, tolong bubar dulu. Kembali ke sini lagi pukul setengah sepuluh. Bubar-bubar!” putus Ara sepihak membuat Arkana dan Deby tambah heran.

Semua pengurus OSIS bubar kecuali mereka bertiga dan juga Mita yang masih berdiri di sana.

“Kenapa, kak?” tanya Mita ke Ara yang hanya dibalas dengan sebuah cengiran.

Dengan energik Ara membuka lebar pintu di depannya. Di sana menampilkan lima mayat yang masih hangat.

“Gila, gila, gilaaa!” akhirnya Ara mengeluarkan umpatan yang sedari tadi dia tahan, “Adegan tidak senonoh macam apa ini?!” teriaknya lagi.

Dito, Danish, Rengga, Nada, dan Romi langsung bangun dari tidurnya karena terkejut dengan suara Ara yang kerasnya seperti toa. Deby menepuk jidatnya sendiri melihat kelakuan mereka berlima yang tidur di ruang OSIS. Sedang Arkana hanya menggeleng sambil menahan tawanya, dan Mita berdiri dengan ekspresi bloonnya.

Mereka berlima sudah mencuci mukanya dan kini duduk memutari sebuah meja yang memang sudah tersedia di ruang OSIS.

“Jadi bisa jelaskan kenapa kalian melakukan hal gila ini?” tanya Ara yang masih menggunakan kata 'gila'.

“Semalam kita sampai di Jakarta pukul tujuh lebih tigapuluh menit. Terus kita cari makan dulu habis itu ke sekolah niat mau ambil kendaraan tapi udah pada ngantuk terus ya gini,” ujar Nada sambil mengendikan bahu acuh.

“Lagian cape, ngantuk masak mau nyetir malem-malem. Bahaya. Kita nyampek sekolah, tuh, udah jam sembilan, ya udah tidur sekalian di sini,” sahut Rengga yang masih saja menguap.

Deby melihat ke arah Dito yang malah menyandarkan punggung di sofa. Sepertinya dia masih mengantuk karena matanya kini juga terpejam. Deby mengembuskan napas pelan.

“Kita jadi rapat nggak?” tanya Deby dengan pandangan lurus ke arah Dito.

Dito langsung membuka matanya dan segera menanggapi perkataan Deby barusan, “Jadi ... kita berlima nggak perlu ganti seragam nanti biar gue jelasin ke pengurus lain,” Dito membenarkan duduknya, pemuda itu menatap semua pengurus yang ada di sana.

***

Semua pengurus OSIS sudah berkumpul di ruangan. Dito dan Danish juga sudah menduduki singgasananya. Tatapan Dito jatuh kepada seluruh pengurus yang sudah duduk manis di sana, kemudian ia membuka acara rapat dengan segera dan langsung masuk pada inti pembahasan.

Masa Badai yang Indah [ COMPLETE ] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang