23. Membosankan

56 16 23
                                    

NADA berusaha untuk membuka matanya dan mempertahankan kesadarannya. Matanya terasa sangat berat, ia bosan mendengarkan orang berbicara sampai-sampai jadi mengantuk. Seminar ini dihadiri oleh banyak orang, namanya juga seminar nasional.

Nada menggeleng-gelengkan kepalanya agar kantuknya hilang. Danish yang melihat tingkah Nada hanya menahan tawanya.

"Ngantuk?" tanya Danish.

"Iya, kak. Berat banget ini mata," balas Nada dengan mata susah melek.

"Tidur aja. Entar biar gue bangunin kalo acara udah kelar," saran Danish sambil melempar senyum.

"Makasih, kak Al. Tapi gue masih kuat melek kok," balas Nada sambil menunjukan deretan giginya.

Dito melirik mereka berdua yang sepertinya sedang berbicara walau tidak begitu lama, dan jelas saja Dito tahu arah pembicaraannya, karena dia duduk tepat di samping Nada. Hanya orang gila jika cemburu dengan hal se-sepele ini. Namun masalah besar juga berawal dari hal sepele. Setidaknya jika merasa ada yang tidak beres dengan hatinya, bilang saja ke dia, dari pada disimpan seorang diri, lalu menduga-duga dan berakhir dengan sebuah perpisahan.

Cemburu boleh, tapi tahu waktu dan tempat. Cemburu boleh, tapi jangan sampai membuatnya merasa tidak memiliki kehidupan selain kita. Karena masing-masing orang juga memiliki kehidupannya, dan akan sangat jahat apabila karena rasa cemburu yang bahkan alasannya tidak bisa diterima logika membuat seseorang merasa terkekang setengah mati.

Romi dan Rengga masih sama seperti tadi, yaitu memegang ponselnya masing-masing, karena mereka bisa dibilang dalam masa LDR, Surabaya-Jakarta.

Seseorang memberikan selebaran ke semua peserta seminar. Dito pertama kali menerima selebaran itu, karena tempat duduknya paling dekat dengan jalan utama. Pemuda itu memberikannya ke Nada, Nada ke Danish, dan seterusnya.

"Lo minat?" tanya Dito setelah membaca isi selebaran.

"Belum aku baca, kak," balas Nada dengan menunjukkan cengirannya.

Dito mengacak rambut Nada dan Danish meliriknya sekilas. "Isi selebarannya tentang seni photography," ujar Dito sambil melempar senyum.

"Photography?" tanya Nada sedikit memiringkan kepalanya.

"Mereka sponsor juga. Apa lo lupa atau nggak nyimak?" ucap Dito lagi.

Nada langsung menggelengkan kepalanya sebagai jawaban bahwa dia tidak menyimak jalannya seminar, sedang Dito menghela napas.

"Kak Dito minat?" tanya Nada sambil mengangkat selebarannya.

"Gue belum pernah belajar seni tertentu," balas Dito.

Nada hanya mengangguk sebagai jawaban.

***

Nada melempar tubuhnya ke kasur hotel yang sudah menanti kedatangannya. Dito, Rengga, Danish, dan Romi juga ikut masuk ke sana.

"Wah, nyaman banget. Gimana nih? tempat tidurnya nggak mau pisah sama aku," ucap Nada pada dirinya sendiri.

Rengga menepuk bahu Dito ketika mendengar Nada berkata konyol. "Yang ada lo yang nggak mau pisah sama kasur, Nad!" sahut Rengga sambil tertawa.

Danish mengambil minuman, ia menawarkannya ke teman laki-lakinya dan berakhir pada Dito. Pemuda itu menerimanya lalu membuka segel penutup dan meneguk air di dalamnya.

"Makasih," ujar Dito sedatar mungkin.

Dito berdiri dan menghampiri Nada yang tengah merusak tatanan tempat tidur. Nada membuka matanya dan mendapati Dito berdiri di sana sambil menyodorkan sebotol air mineral. Nada langsung menerimanya.

Masa Badai yang Indah [ COMPLETE ] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang