Bab 11 - Keinginan Menikah

22.7K 1.8K 112
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Menikah memang sunnah Rasulullah. Maka dari itu, aku ingin mempersiapkannya secara matang, memilih pasangan tepat untuk melaksanakan sunnah tersebut bersama-sama.

◽Ada Surga di Matamu◽

🍁🍁🍁

Melihat dirinya pergi membuatku bersedih.

Akankah aku merasakan yang namanya kehilangan? Seperti saat aku kehilangan ibuku yang pergi meninggalkanku bersama ayah berdua di sini. Tak bisa kudapatkan lagi cinta dan kasih sayang kehangatan seorang ibu.

Aku sudah sangat nyaman berteman baik dengannya. Aku menemukan kebahagiaan yang tidak bisa aku dapatkan dari siapa pun.

"Emm, setelah lulus, kamu akan melanjutkan ke mana, Byan?"

"Aku akan pulang ke Indonesia, Liena. Aku sangat merindukan negara kelahiranku dan tentu saja dua orang tua angkatku. Lagi pula jika aku tetap ada di sini, aku akan merasa kesepian. Aku ingin bertemu dua orang tua angkatku dulu."

"Oh, begitu...." Perlahan Galiena berbalik dengan perasaan kecewa. Mirip anak kecil yang akan ditinggal pergi orang tua ke luar kota. Ingin melarang jangan pergi, tapi tak memiliki kuasa. Kakinya melangkah pelan meninggalkan Abyan yang bingung melihat respons Galiena.
Entah mengapa ucapannya itu berhasil membuatku bungkam dan malas bicara. Jika Abyan ke Indonesia, maka aku tidak akan pernah melihatnya kembali. Andai dia mengerti, aku sebenarnya marah, makanya saat dia mengatakan akan pindah ke Indonesia, aku langsung pergi.

Aku pikir itu hanya rencana basa-basinya saja, tapi ternyata ketakutanku terjadi. Abyan pergi meninggalkanku untuk selama-lamanya setelah wisuda.

Aku sampai tidak berani mengantarnya ke Bandara untuk mengadakan acara perpisahan. Aku memang gadis pengecut. Yang hanya bisa menyampaikan lewat surat berisi salam perpisahan.

Aku berbohong. Dalam surat kutulis aku tersenyum. Namun realitanya aku menangis. Selesai menulis surat, kurapatkan kedua telapak tanganku, memejamkan mata, berdoa pada Tuhan agar hatiku ikhlas. Tidak seharusnya kujatuhkan hati pada sosok Muslim seperti Abyan. Ibuku saja meninggalkan diriku di sini hanya demi mempertahankan keislaman. Apalagi Abyan yang hanya menganggapku teman?

Aku merasa sendiri, lagi. Tidak akan ada yang bisa kutanyai lagi tentang Islam dan Nabi kisah Muhammad yang selalu menggetarkan jiwa.

Semakin hari, aku semakin resah tiada gairah.

Tidak bisa kutemukan lagi sosok Abyan si lelaki tenang yang membiusku dengan cerita-cerita tentang Nabinya yang membuatku terkesima.

Awalnya aku menjalankan aktivitas seperti biasa. Tapi bayangan Abyan tak pernah hilang dalam kalbu. Aku telah kehilangan dia.

Tunggu. Kehilangan? Memangnya aku pernah memilikinya?

Semangat hidupku untuk melakukan rutinitas mulai raib. Aku merasakan kegelisahan tiada akhir.

Hans si anjing kesayanganku pun sudah jarang kuajak main.

Aku mirip itik yang kehilangan induknya.

Berhubungan dengan lawan jenis pun aku tak memiliki selera. Bagiku semua lelaki sama saja. Kecuali yang seperti Abyan.

Jika aku rindu padanya, aku hanya mampu melihat fotonya yang berhasil aku curi ketika kami jalan-jalan ke museum.

Ada Surga di Matamu [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang