Bab 21 - Ada Surga di Matamu

22.7K 1.8K 269
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ


Sekali saja. Biarkan aku menciummu dalam sujud. Memelukmu dalam doa. Dan mencintaimu dalam diam.

Ada Surga di Matamu◽

🍁🍁🍁

Tepat hari ini, Abyan memutuskan untuk melamar Galiena secara resmi ke rumahnya. Dia akan datang bersama Mario dan Claudia sebagai perwakilan keluarga. Mereka sudah bersiap. Terlihat Claudia merapikan kerah baju Mario yang bertanya ke mana Lubna? Mengapa dia belum turun? Claudia menjawab bahwa Lubna sedang kambuh. Mario mengubah mimik wajah. Tapi Claudia berusaha meyakinkan bahwa Lubna akan baik-baik saja. Terpaksa mereka harus meninggalkan Lubna sendiri. Mereka juga tidak enak jika harus membatalkan acara Abyan yang sangat penting itu.

"Lubna tidak akan ikut?" tanya Abyan.

"Tadi sudah Bunda ajak, tapi katanya dia sedang tidak enak badan. Maafkan Lubna, ya? Dia tidak bisa ikut." Claudia menjawab.

"Apa? Lubna sakit?" Wajah Abyan terlihat khawatir. "Mengapa akhir-akhir ini aku sering mendengar Lubna sakit?"

Ingin sekali mengatakan pada Abyan bahwa kondisi Lubna memang sedang tidak baik-baik saja. Penyakit yang ada pada dirinya bukanlah penyakit biasa. Setiap hari Claudia harus melihat rambut putrinya rontok, dan mendengar Lubna muntah-muntah akibat kemoterapi. Kadang harus memaksa Lubna untuk makan nasi, tapi putrinya selalu menolak hingga Claudia harus membuat makanan khusus. Seperti yogurt yang disatukan dengan buah-buahan, sereal, dan lain-lain yang cocok dikonsumsi penderita kanker darah.

"Maaf kalau Lubna sering merepotkan Bunda," ucap Lubna sambil menangis. Ia baru saja mengeluarkan apa yang ada di perutnya.

"Jangan mengatakan itu, Lubna. Ini sudah kewajiban bundamu untuk merawatmu."

"Mengapa harus Lubna? Mengapa harus Lubna?"

Claudia yakin Lubna sedang khilaf saat kata-kata itu keluar dari mulut putrinya yang tak kenal kata mengeluh. Wajar jika dia seperti itu. Claudia memakluminya. Air mata nyaris keluar dari sudut mata Claudia. Mana ada ibu yang tidak sakit melihat putrinya berjuang melawan penyakit ganas yang bahkan belum ditemukan obat penawarnya.

"Karena kamu adalah calon bidadari Surga. Calon manusia yang akan mendapatkan Surga tanpa hisab."

"Benarkah?" Lubna mencoba tertawa di sela tangisannya, di sela rasa sakitnya, untuk sekadar menghibur diri yang sedang remuk redam. Setelah itu mereka berpelukan untuk saling menguatkan. Claudia percaya pada Lubna bahwa ia bisa melewatinya.

Abyan mengetuk pintu kamar Lubna. Dia merasa bersalah karena kurang memberi perhatian kepada adiknya itu karena terlalu sibuk. Akhir-akhir ini pun dia jarang bertemu dengan Lubna.

"Siapa?" sahut Lubna dari dalam.

"Ini kak Byan. Pakai kerudungmu. Kak Byan ingin masuk."

"Buka saja, Kak."

Abyan membuka kamar Lubna, terlihat dia sedang berbaring menghadap ke samping.

"Lubna? Kamu sakit?"

"Hanya demam biasa, nanti juga sembuh," jawab Lubna singkat.

"Sudah diperiksa ke dokter?"

Perempuan itu mengangguk.

"Sayang sekali kalau kamu tidak ikut. Kamu pasti senang melihat dia. Lubna, kamu tahu tidak? Dia seorang mualaf yang sangat tertarik pada Islam. Kak Byan yakin, kamu juga akan menyukainya."

Ada Surga di Matamu [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang