Bab 28 - Kamuflase Lubna

18.1K 1.6K 117
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Mengaku dekat dengannya, tapi tahu tentangnya saja tidak. Dari situ aku merasa menjadi manusia paling berdosa

Ada Surga di Matamu◽

🍁🍁🍁

Sepulangnya dari kampus, Abyan menyempatkan diri untuk mendatangi rumah Mario. Membawakan kado untuk Lubna yang sudah mengajarkan banyak hal kepada Galiena, sekaligus untuk menuntaskan rasa penasaran perihal penyebab Lubna yang berhenti kuliah di tengah jalan. Ia tidak percaya Lubna hanya malas. Itu alibi yang tidak masuk akal dan malah membuat Abyan curiga. Selama ini Abyan kepikiran akan hal itu. Semoga saja hari ini dia mendapat jawaban.

Sekarang Abyan sudah ada di rumah orang tua angkatnya. Lubna yang tengah membantu Claudia membuat kue keluar dan menanyakan kedatangan Abyan kemari. Untungnya Lubna sudah mengenakan kerudung. Akibat obat kemo yang selalu diminumnya, rambut Lubna semakin sering rontok. Ia sudah tidak percaya diri lagi saat tidak memakai kerudung. Makanya, Lubna lebih sering memakai kerudung walau berada dalam rumah.

"Lho, kak Liena tidak ikut, Kak?" tanya Lubna.

"Wah, sekarang kamu memiliki hobi baru, ya? Membuat kue. Kak Byan sudah mencicipinya, rasanya enak."

"Itu buatan Bunda, bukan Lubna."

"Tapi kan kamu juga ikut membantunya."

"Kak Byan belum menjawab pertanyaan Lubna. Kak Liena tidak diajak?"

"Tidak. Tadi sepulang kak Byan dari mengajar, kak Byan langsung ke sini. Kak Byan ingin memberikan cadar ini untuk Lubna. Terimalah." Abyan memberikan cadar bandana untuk Lubna. "Ini sebagai ucapan terima kasih kak Byan untuk Lubna yang sudah mau membantu Galiena untuk mengubah penampilannya. Dan untuk segalanya, kak Byan sangat-sangat berterima kasih."

"Iya sama-sama, Kak. Tidak usah repot-repot, tapi jika kak Byan ingin memberikannya pada Lubna, Lubna terima hadiah ini dengan senang hati." Lubna membawa cadar yang masih berbungkus plastik dari tangan Abyan.

"Kak Byan juga ingin meminta suatu pada Lubna."

Mata Lubna sedikit menyipit. Diam-diam Abyan memandang wajah Lubna yang terlihat sekali perbedaannya. Pipi yang biasanya seperti bakpau kini agak tirus. Kulit wajahnya pun tak seputih biasanya. Baru Abyan sadari, ternyata Lubna menjadi kurus. Apa karena selama ini Lubna memakai cadar jadi Abyan tidak melihat perubahan kulit Lubna.

"Kak Byan ingin minta apa?" tanya Lubna yang membuyarkan lamunan Abyan.

"Emmm.... Kak Byan ingin meminta lukisanmu. Untuk diberikan kepada kak Liena. Boleh, kan?"

Lubna sedikit terkekeh. "Lubna kira apa. Boleh sekali, Kak. Kak Byan tinggal memilihnya saja di kamar Lubna. Ambil yang menurut kak Byan cocok untuk diberikan kepada kak Liena."

"Benarkah?"

"Benar." Lubna mengangguk sambil tersenyum.

"Ya sudah, kalau begitu kak Byan izin ke kamarmu, ya?"

Untuk ke dua kali Lubna mengangguk.

Abyan pun melangkah setelah sebelumnya melempar senyum pada adik angkatnya yang mulai ia curigai sedang menyembunyikan rahasia besar.

Sampai di depan kamar, Abyan masuk dan menutup pintunya pelan-pelan. Dia mulai mencari barang yang mungkin bisa dijadikan petunjuk. Banyak sekali lukisan hasil tangan Lubna yang memenuhi tembok. Abyan tampak terkesima melihatnya satu per satu. Lubna memang pandai melukis.

Ada Surga di Matamu [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang