Bab 2 - Sang Utusan Allah

43.7K 2.8K 183
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Ingatlah. Cacian manusia hanya sebatas di lidah. Mereka tidak akan membantumu masuk ke pintu Surga. Jadi, untuk apa didengarkan hingga membuatmu gelisah?

▫Ada Surga di Matamu▫

🍁🍁🍁

"Lepaskan! Kamu tidak berhak melakukan ini padaku!"

"Aku menyukaimu, Galiena. Begitupun sebaliknya. Kamu pikir apa maksud pendekatan kita selama ini? Apa salahnya aku melakukannya? Bukankah ini sudah menjadi budaya negara kita? Aku ingin mencicipinya terlebih dahulu."

Saat itu perpustakaan kampus sedang sepi. Mereka berada dalam lorong rak-rak buku. Galiena terus mundur, sedang lelaki yang terus menganggunya terus mendekat dengan seringai jahat.

"Hilfe!"

"Mengapa kamu harus meminta tolong?"

"Apa salahnya?! Bukankah kamu akan menyakitiku?!"

"Aku tidak akan menyakitimu. Aku hanya...."

"Hanya apa?!"

"Hanya ingin...."

"Ibuku selalu memberi pesan padaku, agar aku tidak seperti wanita lain yang bersedia ketika ada lelaki yang berusaha menginginkannya!" potong Galiena cepat.

Pergaulan lelaki dan perempuan di Eropa memang berbeda dengan di Asia. Wanita akan dengan cuma-cuma memberikan sesuatu yang berharga dalam dirinya pada pria untuk menguji kecocokan. Jika mereka merasa cocok, mata hubungan akan berlanjut ke tahap pacaran. Hanya segelintir orang yang enggan melakukan kebiasaan itu.

"Lebih baik kita akhiri semua ini. Aku sudah tidak ada rasa lagi padamu. Kamu dan aku tidak cocok!" bentak Galiena gamblang. "Jangan pernah mengganggu diriku lagi."

"Tidak bisa seperti itu!"

Galiena menarik lengan pemuda itu dan mendorongnya ke pinggir, ia langsung berlari sekuat tenaga. Ternyata segampang itu dia bisa melarikan diri, batinnya bersorak senang. Dasar lelaki berengsek!

"Galiena!"

Lelaki itu lantas mengejar Galiena.

'BRUK!'

Satu cup kopi tumpah meruah, Galiena memekik. Lelaki yang ia tabrak terdiam meratapi baju dan sepatunya yang ternodai. Hancur sudah.

"Emm, aku minta maaf, Sayang. Aku tidak sengaja. Sini, aku bersihkan." Galiena mencoba membersihkan kotoran yang ada di baju lelaki yang ia panggil 'sayang'. Entah apa maknanya. Tentu saja hal itu membuat si lelaki ambigu.

Lelaki yang barusan mengejar sudah tiba di dekat Galiena dan lelaki berwajah Asia. Tatapannya menajam.

"Ada satu hal yang harus kamu tahu. Aku memiliki dia! Dia kekasihku. Jadi, jangan coba untuk mendekatiku lagi." Galiena memeluk lengan pria asing tadi tanpa canggung, kemudian mendongkak, memberi isyarat pada lelaki tersebut.

"Ya, aku kekasihnya. Lebih baik kamu pergi, sana."

Galiena bernapas lega. Ternyata pria ini pintar juga. Bisa langsung diajak kerjasama.

Pria yang berdiri tak jauh dari mereka menatap satu per satu dengan roman menilik. Lalu, dia pun pergi begitu saja membawa wajah kesalnya.

Cepat-cepat sang lelaki yang menjadi partner berbohong melepaskan lengannya dari Galiena. ".... Entschuldigung..."

Ada Surga di Matamu [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang