Bab 22 - Cinta Rasulullah Pun Pernah Bertepuk Sebelah Tangan

19.4K 1.7K 53
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Malam ini, di atas sajadah tempatku meminta dan mengadu, Tuhan berbisik padaku:
ikhlaskan dia.

Ada Surga di Matamu◽

🍁🍁🍁

"Katanya mahkota seorang wanita itu ada pada rambutnya. Seorang wanita yang baik hanya akan memperlihatkan rambut indahnya pada suaminya."

"Lalu?" Abyan menunggu jawaban Galiena dengan antusias. Ternyata perempuan mualaf yang sudah sah menjadi istrinya ini sudah belajar tentang kemuliaan wanita dalam Islam sejauh itu.

"Maafkan aku yang tak menjaga mahkotaku."

Abyan tersenyum hangat. "Aku menerimamu apa adanya, Liena. Yang penting, setelah kamu masuk Islam, kamu sudah mau belajar menjaga mahkotamu. Setiap manusia pernah berbuat dosa, namun dengan ragam yang berbeda-beda."

Baik sekali pria yang kini duduk di hadapan Galiena ini. "Terima kasih, Aby."

"Apa? Kamu memanggilku dengan sebutan apa?"

"Aby....?"

Pria itu mengangguk sambil tersenyum. "Ouh.... Jadi bukan Byan lagi, ya?"

Galiena terkekeh pelan.

"Ya sudah, aku mengambil wudu dulu. Kita salat sunnah dua rakaat."

"Mengapa salat? Bukankah belum azan?"

"Salat sunnah setelah akad. Sunnah Nabi Muhammad."

Galiena memutar-mutar bola mata. Nabi Muhammad lagi. Ah, Galiena sangat menyukainya. Galiena tidak sabar mendengar cerita tentangnya lagi dari mulut Abyan, seperti di Berlin dulu. "Oke. Baiklah," katanya dengan bibir yang tertarik ke atas. Memancarkan senyum manis penuh semangat.

Beberapa menit kemudian, salat sunnah dua rakaat sudah digelar di kamar pengantin baru bernuansa romantis yang kini diisi dua insan yang saling mencintai dan berjanji akan selalu membersamai hingga dipisahkan Ilahi. Ada hiasan bunga-bunga di atas ranjang, dan lampu yang melahirkan cahaya indahnya malam pertama.

Mengucap salam ke kanan dan kiri, Abyan mengucap hamdalah seraya mengusap wajah dengan kedua tangan, kemudian berzikir dengan khidmat.

Tak lama kemudian dia berbalik, berhadapan dengan wanita yang mampu menumbuhkan rasa rindu mendalam hingga sulit menerima hati lain yang mendamba. Namun hari ini, dengan kemahabaikannya, Allah menjadikannya wanita yang halal untuknya. Sejauh apa pun jaraknya, setidakmungkin apa pun untuk bertemu dan bersatu, jika Allah sudah berkehendak, kita bisa apa?

Tanpa diperintah, Galiena sudah membawa tangan Abyan, kemudian mengecupnya dengan khidmat.

Surga istri ada pada suaminya. Kalimat itu terus bergaung di telinganya. Mendorong dia untuk berbakti pada Abyan yang beberapa jam lalu telah mengucap kalimat qobul di hadapan orang-orang dan Tuhan bernama Allah Azza wa Jalla. Ada rasa tidak menyangka yang masih berdiam di hatinya, namun ini memang nyata. Dia sudah sah menjadi istri Abyan---lelaki pujaan yang memperkenalkan dirinya pada agama yang sebenar-benarnya agama, yaitu Islam.

Abyan meletakkan telapak tangan di atas kepala Galiena.

"Allaahumma baarik lii fii ahlii wa baarik li-ahlii fiyya."

Ya Allah berkahilah istriku untukku dan berkahilah aku untuk istriku.

"Allaahumma innii as-aluka khayraha wa khayra maa jabaltahaa 'alaihi wa a'uudzu bika min syarrihaa wa min syarri maa jabaltahaa 'alaihi."

Ada Surga di Matamu [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang