بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Sekali saja menanam kebohongan, maka akan tumbuh kebohongan lain untuk menutupi kebohongan pertama
◽Ada Surga di Matamu◽
🍁🍁🍁
"Mumpung ini hari Ahad, kalian jalan-jalan saja?" usul Cintya pada putri dan menantu barunya.
Satu pekan berlalu pasca hari pernikahan. Galiena yang baru tinggal di rumah sang ibu tidak mau buru-buru pindah ke rumah Abyan setelah akad nikah berlangsung. Niatnya besok barulah mereka akan mulai tinggal di sana.
"Umur adik Kak Byan itu berapa? Apa dia tidak kuliah?" Saat mereka akan sarapan Zidan tiba-tiba bertanya seperti itu.
"Maksudmu Lubna?"
Zidan mengangguk.
"Umur Lubna 20 tahun, Dan. Dia awalnya kuliah, hanya berhenti karena...."
Ah, ya, Abyan belum mengetahui penyebabnya karena dulu saat membicarakan hal itu Mario malah memutar topik pembicaraan ke arah lain. Entah kenapa Abyan kini penasaran apa penyebab Lubna memutuskan untuk menghentikan pendidikannya. Padahal yang ia tahu, Lubna cukup pintar dan cerdik. Jika alasannya karena masalah ekonomi, itu malahan sangat tidak mungkin dan mendekati mustahil. Ayah angkatnya itu kaya raya, dia pasti mampu membayar uang kuliah putrinya sampai menjadi sarjana.
"Karena sesuatu," lanjut Abyan.
Zidan tampak ber-oh ria.
"Ada apa? Kamu menaksir Lubna?"
Mata Zidan membulat. Galiena menaik-turunkan alis. Benarkah adiknya yang dingin itu menyukai Lubna?
"Tidak juga, hanya bertanya saja. Aku pikir umurnya sama denganku, eh ternyata memiliki selisih dua tahun. Pantas saja dulu dia menyuruhku untuk memanggil kakak. Tapi, dia mirip anak kecil."
Abyan melirik sebentar, namun dia kembali berfokus pada sarapannya---nasi goreng buatan Galiena untuk pertama kali.
"Bagaimana, enak tidak?" tanya Galiena sedikit cemas.
Abyan mengangguk kecil. "Ya, enak. Untuk pemula seperti kamu, ini tidak terlalu buruk."
Galiena mengembangkan senyum, dia senang dan lega mendengar jawaban Abyan.
"Mengapa kak Byan belum juga memakai jenggot? Seperti aku yang mulai memanjangkannya." Zidan memainkan ujung dagunya. Betul saja, janggut tipis terlihat di sana. Galiena yang ikut melirik tampak terkesima. Janggut tipis memang membuat pria terlihat lebih seksi. "Katanya cinta Sunnah?"
Satu hal yang tidak Abyan sukai dari Zidan. Selalu menekankan dia untuk bercelana di atas mata kaki dan merawat jenggot hingga lebat. Iya, itu memang Sunnah Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam. Tapi bukankah Sunnah Rasul itu sangat banyak, tidak hanya berkutat pada dua hal itu saja?
"Jangan memaksa kakak iparmu, Zidan. Itu hak Abyan mau berpenampilan seperti apa. Janggut itu seperti cadar. Hanya sebatas sunnah. Setiap orang berhak mau memakainya atau tidak," tegur Cintya dengan nada lembut.
Zidan tidak menanggapi lagi.
🍁🍁🍁
Abyan hanya mampu mengajak Galiena ke monumen Monas. Maklum, dia tidak hafal tempat wisata menarik di Jakarta. Sewaktu melamar Galiena pun, itu hasil dari pemikiran Zidan.
Banyak pengunjung yang berduduk ria di atas rumput hijau. Sang gubernur DKI Jakarta memperbolehkan para pengunjung menginjak rumput yang awalnya dihalangi pagar karena adanya larangan menginjak rumput. Kini rumput-rumput di sana sudah seperti taman kota.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Surga di Matamu [Terbit]
RomansaNIQAB SERIES | Spinoff Di Balik Niqab ⚠️Awas baper | Mengaduk emosi ⚠️ Galiena, seorang perempuan non muslim berasal dari Jerman yang ternyata memiliki ketertarikan pada sosok Nabi Muhammad. Berawal dari kekagumannya akan perangai beliau lewat buku...