Bab 18 - Tersenyum Karenanya

18K 1.6K 153
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Masyaa Allah, cinta ini menggetarkan. Membuat patah lidah dan tergagap-gagap.

Ada Surga di Matamu◽

🍁🍁🍁

Lubna membuka kedua pintu, tak disangka ternyata yang datang adalah Yasmin. Semenjak bercerai dengan Arsan, Yasmin sudah jarang bertandang ke rumah ini. Kedatangan Yasmin kali ini membuat Lubna bahagia. Apalagi saat melihat penampilan Yasmin yang sudah kembali seperti sedia kala. Kerudungnya panjang lagi melebihi dada. Yasmin menjelma menjadi Yasmin yang dulu.

"Assalamu'alaikum, Lubna"

"Waalaikumussalam, Kak."

Yasmin tersenyum penuh makna. "Boleh Kakak masuk?"

"Tentu boleh, Kak."

Awalnya Lubna bingung dengan kedatangan Yasmin kemari. Tapi ia bersyukur, sosok Yasmin yang telah hilang kini telah kembali lagi. Lubna mengikuti langkah Yasmin menuju dapur. Saking seringnya datang ke sini, Yasmin sudah seperti berada di rumahnya sendiri. Mario dan Claudia menyuruhnya untuk tidak sungkan kala menjamah seluruh bagian rumah. Sebab Yasmin sudah mereka anggap seperti keluarga sendiri.

"Kak Yasmin membelikan sesuatu untuk kamu."

Lubna melihat Yasmin mengeluarkan beberapa botol yogurt dan buah-buahan: apel dan pisang. Semua makan itu ia simpan di meja makan.

"Ini untuk siapa, Kak?"

"Kak Yasmin baru gajian. Dan ini untuk kamu semua. Kakak sedang ingin berbagi saja."

Lubna tampak heran. Mengapa Yasmin tiba-tiba memberinya ini semua? Perlahan ia duduk di kursi, memandangi makanan yang dibawa Yasmin. Hampir setiap hari ia memakan ini semua, karena perutnya lebih sering merasakan mual akibat kemoterapi. Nafsu makannya sering hilang.

"Kamu harus makan ini semua," lanjut Yasmin lagi.

"Tumben sekali kak Yasmin membelikan Lubna makanan. Terima kasih, Kak."

"Iya sama-sama, Lubna." Yasmin mengelus rambut Lubna yang tanpa kerudung. Beberapa helai rambut hinggap di tangannya. Kenapa rambut Lubna gampang rontok? Pertanyaan itu langsung tebersit di benak Yasmin.

"Kenapa rambutmu rontok?" tanya Yasmin sambil meletakkan beberapa helai rambut Lubna di atas meja. "Yang kakak tahu rambutmu itu sehat dan kuat."

Wajah Lubna berubah pias. Ia tidak mungkin menceritakan yang sebenarnya. Tapi, bukankah Islam melarang umatnya untuk berbohong? Dalam konteks ini, ia sulit untuk tidak berbohong. Semoga Allah mau mengampuni dosanya. "Em, itu Kak, Lubna salah membeli sampo. Samponya tidak cocok."

Yasmin hanya mengangguk kecil dan tersenyum seadanya.

Ketika berbohong, otomatis Lubna merasa sudah berdosa. Ia mulai cemas. Berungkali batinnya mengucap kalimat istigfar.

"Selama ini kamu menganggap kak Yasmin itu siapa?"

"Mengapa kak Yasmin bertanya seperti itu?"

"Kak Yasmin hanya takut hanya dianggap orang lain oleh kamu."

"Kak Yasmin sudah Lubna anggap seperti kakak sendiri. Mana mungkin orang lain? Selain kakak, Lubna juga menganggap kak Yasmin seorang sahabat. Janji pada Lubna, kakak tidak boleh marah lagi pada Allah. Tetaplah seperti ini." Lubna memeluk Yasmin yang selama ini ia rindukan. Apa ini jawaban dari segala doanya? Selama ini Lubna selalu minta pada Allah bahwa ia ingin Yasmin kembali ke jalan yang benar lagi.

Ada Surga di Matamu [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang