بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Yang namanya belajar itu berproses, pelan-pelan. Seperti kendaraan yang melaju tenang agar sampai pada tujuan. Butuh waktu agar selamat dan tidak gagal di tengah jalan.
◽Ada Surga di Matamu◽
🍁🍁🍁
Dua hadiah yang beberapa hari lalu Abyan berikan pada Galiena membuat Galiena semakin bersemangat untuk memperbaiki diri. Ia rasa, sudah saatnya memakai kerudung utuh dan baju yang mirip seperti Lubna, rok panjang. Maka dari itu, di hari ini Galiena mengajak Lubna pergi berbelanja perlengkapan Muslimah.
"Aku ingin memberi kejutan pada Abyan, Lubna. Kamu mau membantuku, kan?"
Lubna tidak enak hati menolak tawaran Galiena, meski saat itu kondisinya sedang tidak fit. Tapi ia harus memaksakan diri. Lubna senang melihat Galiena yang semangat dalam mempelajari Islam, bahkan kini ia ingin berpakaian muslimah yang lebih tertutup. Lubna yakin Abyan pun akan senang. Jika diteliti lebih dalam, Lubna melihat bahwa rumah tangga Abyan dan Galiena semakin hari semakin harmonis dan romantis. Lubna juga tahu bahwa Galiena baru saja diberi kucing peliharaan oleh Abyan.
Abyan memang pria idaman. Betapa beruntungnya Galiena yang sangat dicintai Abyan. Meski sakit, Lubna harus ikut bahagia. Galiena lebih membutuhkan Abyan ketimbang dirinya. Hanya doa yang dapat Lubna panjatkan untuk kebahagiaan mereka berdua.
Lubna dan Galiena pergi ke sebuah area Mal kota pusat yang menjual beberapa baju Muslimah beserta aksesoris Muslimah lainnya. Galiena tahu Lubna pasti lebih pandai memilih pakaian yang cocok untuknya, itu sebabnya dia meminta Lubna yang memilihkan. Galiena percaya pada adik iparnya yang sudah istiqamah bercadar sejak kecil.
Lubna melirik jam di ponsel. Sudah masuk waktu minum obat, dan ia hanya bisa beristigfar dalam hati karena lupa membawa obat. Semoga Allah memberinya kekuatan untuk bertahan.
Selesai belanja---Galiena pun turut memberi Lubna satu set gamis beserta cadarnya sebagai rasa tanda terima kasihnya terhadap Lubna karena sudah mau mengantar, Galiena mengajak Lubna makan di restoran yang ada dalam Mal besar yang sedang dipijak. Harum makanan berjenis steak dan makanan mahal modern lainnya memenuhi restoran yang hanya dikunjungi beberapa pelanggan. Kebetulan ini bukan hari libur.
"Sudah masuk waktu salat, Kak. Lebih baik kita salat dulu," usul Lubna sebelum memesan makanan.
"Aku sedang berhalangan. Kata ibuku, jika aku haid, maka aku tidak boleh salat," jawab polos Galiena.
"Oh, kak Liena sedang berhalangan. Ya sudah, Lubna pamit mencari Musala dulu untuk salat." Lubna kembali memakai tasnya.
"Tidak bisa ditunda nanti setelah makan?"
"Tidak, Kak. Lagi pula Lubna tidak begitu lapar."
"Baiklah. Tidak mau diantar?"
"Tidak usah, kak Liena. Lubna bisa sendiri. Kak Liena tunggu saja, pasti kak Liena lelah setelah berkeliling." Lubna tersenyum di balik niqab hitamnya, Galiena mengangguk percaya. Dia pun memilih memperhatikan barang belanjaannya, seperti tidak sabar untuk memakainya esok hari.
Abyan pasti senang sekali.
"Kenapa kamu tidak memaksaku untuk memakainya?"
"Yang namanya belajar itu harus pelan-pelan. Tidak perlu dikerasi. Aku memiliki cara tersendiri untuk mendidik istriku. Aku yakin, sebentar lagi dia akan luluh."
"Siapa yang tidak luluh jika setiap hari selalu digombali."
Abyan menjawil hidung bangir Galiena. "Itulah cara unikku untuk membujuk istri yang paling kucintai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Surga di Matamu [Terbit]
Roman d'amourNIQAB SERIES | Spinoff Di Balik Niqab ⚠️Awas baper | Mengaduk emosi ⚠️ Galiena, seorang perempuan non muslim berasal dari Jerman yang ternyata memiliki ketertarikan pada sosok Nabi Muhammad. Berawal dari kekagumannya akan perangai beliau lewat buku...