Bab 19 - Biarkan Cinta Ini Tersembunyi

17.8K 1.7K 164
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Akan selalu ada orang yang lebih menderita darimu. Maka jangan sekali-kali memaki Tuhanmu. Sebab Dia sudah berlaku seadil-adilnya.

◽Ada Surga di Matamu◽

🍁🍁🍁

Sesuai dengan permintaan Galiena kemarin, Abyan mendatangi koridor yang mempertemukannya dengan Galiena. Sudah menghabiskan waktu hampir sepuluh menit, akhirnya Galiena muncul, bersama seorang lelaki. Abyan sedikit kaget melihat lelaki yang bersanding dengan Galiena itu. Rasa-rasanya ia pernah melihat.

Ya, dia adalah anak lelaki yang ia temui di kediaman ibu-ibu yang dulu ia bantu kalau tidak salah. Penampilannya menyunnah. Celana di atas mata kaki.

"Dia ... siapa?" tanya Abyan.

"Ini adikku, Byan. Inilah alasannya mengapa aku bisa ada di sini. Kemarin aku ingin ikut dengan dia karena aku ingin melihat kampusnya. Tapi ternyata, di sini aku bertemu denganmu. Kebetulan sekali."

"Di hidup ini tidak ada yang namanya kebetulan, Liena. Allah sudah mengatur semuanya," timpal Abyan direktori dengan seutas senyum.

"Benar begitu?"

"Ada hubungan apa Kakak dengan lelaki ini?" tanya Zidan.

"Ini lelaki yang Kakak ceritakan selama ini. Yang membuat kakak tertarik pada Islam."

Abyan mengulurkan tangan. "Tidak perlu dilihat bagaimana dia berpakaian. Celana di atas mata kaki itu Sunnah ... Emm, siapa namanya tadi?" Abyan mengalihkan pandangan kepada Galiena.

"Zidan."

"Ouh, iya, Zidan."

Dengan sangat terpaksa Zidan menerima uluran tangan Abyan. "Zidan," singkatnya memperkenalkan diri. Wajahnya masih saja lurus tanpa ekspresi.

"Aku ingin bicara sebentar denganmu. Ayo. Liena, tunggu sebentar." Lelaki itu mengajak Zidan menjauh dari Galiena. Terlihat dari wajahnya bahwa ia ingin mengatakan sesuatu yang penting.

Galiena melihat Abyan mengeluarkan ponsel dan bicara singkat dengan Zidan. Sedang Zidan hanya mengangguk-anggukkan kepala. Mereka mirip dua orang yang sedang bernegosiasi. Namun Galiena tak mampu mendengar apa yang tengah mereka bicarakan. Biasa, tampang Zidan masih datar. Setelah itu, mereka kembali mendekati Galiena.

"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Galiena mulai curiga.

"Bukan apa-apa," jawab Abyan.

"Lalu mengapa harus sembunyi-sembunyi?"

"Tidak penting, kok. Ya sudah, kalau begitu aku pergi dulu. Sekarang jadwalku mengajar."

"Tapi...."

Abyan sudah pergi duluan sebelum Galiena memintanya untuk menunggu sebentar.

"Mengapa dia seperti itu?!" Galiena menggerutu. "Baru saja bertemu, sudah pergi lagi!"

"Tidak baik perempuan dan lelaki berlama-lama mengobrol jika tidak ada kepentingan." Kali ini Zidan menyahut dengan nada sedikit ketus.

"Lalu bagaimana caranya supaya kita bisa berbicara dengan waktu lama?"

"Pria itu sudah memiliki caranya. Tunggu saja waktu yang tepat." Zidan malah ngeloyor pergi, membuat Galiena semakin jengkel. Wanita itu segera menyusul sang adik.

"Kalau boleh tahu, apa yang tadi kalian bicarakan?" Galiena bertanya sambil memegang bahu Zidan yang lebih pendek darinya.

"Kakak tidak usah kepo."

Ada Surga di Matamu [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang