بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Berbeda pendapat itu biasa.
Namun yang luar biasa, adalah mereka yang mampu menghindari sikap seolah merasa paling benar.◽Ada Surga di Matamu◽
🍁🍁🍁
Setelah dinyatakan lolos tahap tes psikotes, Abyan mengunjungi fakultas Hukum Islam untuk mengikuti tes tertulis, wawancara, dan uji kompetensi. Dari banyaknya orang yang mendaftar, ternyata dia termasuk calon dosen beruntung dan semoga mendapat rida dari Allah. Memang, semua yang diawali dengan bismillah akan berakhir baik.
Di perjalanan menuju kampus dia bertemu dengan teman barunya yang masuk fakultas Teknik Informatika yang ternyata sama-sama lolos dari tes psikotes sebelumnya. Mereka bertemu saat mengikuti tes tersebut di mana Abyan yang kala itu melihat dompet perempuan tersebut jatuh tepat di depannya saat melangkah beriringan. Setelah si perempuan mengucap terima kasih yang sebesar-besarnya karena uang yang ada dalam dompetnya sangat berharga---untuk ongkos pulang----, mereka pun berkenalan. Perempuan itu bernama Ika, berasal dari Tasikmalaya yang merantau ke Jakarta untuk mengejar cita-cita sebagai dosen, demi membanggakan orang tua di kampung.
Saat mengerjakan soal tulis, ada salah satu pertanyaan yang menarik perhatian Abyan.
"Bagaimana cara Muslim menjawab salam non Muslim?"
Dulu saat di Jerman, ia pernah mendapatkan salam dari Galiena. Ah, lagi-lagi Galiena. Mengapa harus Galiena yang ia ingat dari sekian banyaknya teman di Jerman?
"Assalamualaikum...."
Maka Abyan menjawab dengan kalimat : Wa'alaikum. Sesuai ajaran Nabi tercintanya. Idolanya. Panutannya.
Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam bersabda : Jangan kau awali orang Yahudi dengan salam dan bila ia mengawalimu maka jawablah dengan berkata "wa ‘alaika".
Dari 'Aisyah radhiallahu anha berkata, "Sekelompok orang-orang Yahudi minta izin untuk bertemu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lalu mereka mengucapkan: Assaamu'alaikum (kematian bagimu)." 'Aisyah menjawab; 'Bal 'alaikumus saam wal la'nah.' (Justru bagi kalian kematian dan laknat)". Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Wahai 'Aisyah, sesungguhnya Allah Ta'ala mencintai, kelemahlembutan dalam segala urusan.' Lalu 'Aisyah berkata, 'Tidakkah Anda mendengar ucapan mereka?' Jawab beliau: 'Ya, aku mendengarnya, dan aku telah menjawab; wa'alaikum.' (HR. Muslim, hadits no 4027)
Saat tes berlanjut ke tes lisan, peserta dihadapkan dengan dua dosen penguji. Tiap peserta diintruksikan untuk membaca satu sampai dua ayat Alquran yang dibuka secara acak.
Setiap peserta juga dites hafalan surat Alquran. Pertama surat terpanjang, ke dua surat terpendek beserta terjemahannya. Tak lupa, doa-doa salat juga ditanyakan. Sebagai seorang penghafal Alquran, tentu saja tes lisan yang dihadapinya tidak terasa sulit. Dengan kemampuan maksimalnya, Abyan mampu melewati dengan rileks tanpa gugup.
Saat Abyan selesai membacakan niat salat wajib karena diperintah, dia mendapatkan pertanyaan lain dari sang dosen.
"Bukankah melafalkan niat dalam salat itu termasuk bid'ah? Karena ketika niat sudah tertanam dalam hati, kita tidak perlu lagi membacakannya."
"Iya, itu termasuk bid'ah. Memang benar, tidak ada hadis yang menuliskan tentang adanya bacaan khusus dalam berniat. Seperti kata Imam Syafi'i yang mengatakan bahwa niat adalah amalan hati. Kalau sudah mengucapkan itu termasuk lafaz. Tidak ada bahasa niat yang diajarkan Nabi, baik yang shahih maupun yang palsu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Surga di Matamu [Terbit]
RomanceNIQAB SERIES | Spinoff Di Balik Niqab ⚠️Awas baper | Mengaduk emosi ⚠️ Galiena, seorang perempuan non muslim berasal dari Jerman yang ternyata memiliki ketertarikan pada sosok Nabi Muhammad. Berawal dari kekagumannya akan perangai beliau lewat buku...