24 | Modus?

43 9 0
                                        

Hello guys! Welcome back to this story! Hm, sorry for all but i late to up this chapter and sorry for ex-typing.please for you, read this chapter below, before you give me a vomment.All ready to read this chapter? If yes, Let's go!

Happy reading and i hope you like this.
***

Gua bukan modus, gua juga enggak ngambil kesempatan buat deket deket sama lo. Gua tulus mau bantu nenangin diri lo, tapi lo aja yang mungkin baper sama gua, sampe beralibi kalo gua modus sama lo.

-Danis Fadella. W

***

"Eh-kok gue berasa kayak di peluk orang?" batin Rainna di dalam hati, ia pun membuka kedua bola matanya dan mematung di tempat saat melihat wajah orang yang sedang memeluknya, Danis. Kakak kelas yang sangat ia benci namun akhir akhir ini mereka sering bertegur sapa (walaupun itu secara tidak sengaja entah itu oleh kondisi ataupun emosi.). Rainna mengerjapkan kedua boka matanya, lalu memelotot saat sudah berada di alam sadar, segeralah ia dorong Danis sekuat tenaga tak lupa dengan pekikan yang cukup memekakkan telinga.

"AAAAAA, LO NGAPAIN GUE?" Teriak Rainna histeris, Danis yang sedari tadi menutup kedua bola matanya pun membukanya dengan malas seraya berdecak kesal.

"Berisik." ujarnya seraya menutup kedua lubang telinganya.

Rainna memberhentikan pekikannya, dan di tatapnya Danis horor dengan mata yang menyipit dan tajam seperti pisau yang baru saja di asah oleh emosi. "Lo ngapain meluk meluk gue?"

Danis mengedikkan bahunya tak acuh "tanya sama diri lo sendiri."

"Gila lo ya! Kalau gue tau juga bakal nanya sama diri sendiri, kata orang mah ya sifat lo itu 'gobloknya natural.' " ocehnya kesal.

"Berisik."

"Ya lagian tinggal jawab aja susah banget sih."

"Suara gua berharga."

"Hahaha, iya berharga sampe sampe di jual di pasar loak pun gak laku."

"Yang ngomong kali."

"Eh mohon maap ni pak, gue banyak yang ngincer."

"Kenapa masih jomblo."

"Ya karena gue gak sembarangan milih cowok."

"Paling yang ngejar fans derita lambe."

"Gue panggang lo lama lama."

"Yayaya, nih cuciin kalo perlu beliin seragam baru buat gua. Ingus lo udah meper di mana mana." Danis melempar seragamnya dengan membentuk gulungan terlebih dahulu. Tinggal lah baju kaus berwarna navy yang melekat pada dirinya. Danis mendekati Rainna lalu di lemparnya buah tomat tepat di pelipisnya. Rainna meringis, sementara ia tersenyum simpul lalu berwajah datar lagi.

"Semoga bermanfaat untuk mengembalikan kepikunan lo." ujarnya lalu pergi dari hadapan Rainna.

"Mana ada sejarahnya tomat jadi obat pikun. Yang ada buat ngalusin hati lo biar ga makin rese kayak badut mampang jadi jadian." pekiknya kencang. Danis tidak membalasnya, justru tetap tenang seraya melanjutkan langkahnya. Rainna ingin sekali melemparkan seragam milik laki laki itu ke tong sampah, dengan berandai andai bahwa itu sang pemiliknya. Namun, ia ambil kembali karena sayang jika di buang ia harus membelikannya yang baru.

"Apa salah gue, sampe mau maju sama mundur aja konsekuensinya berkaitan sama tu anak mulu."

🍁

Go About in the RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang