🌠24🌠

54 16 9
                                    

Adara segera mundur selangkah sehingga genggaman Altair terlepas darinya. Pangeran Auriga melangkah cepat menghampiri Adara kemudian langsung memeluknya.

“Akhirnya aku menemukan mu, aku sangat takut tak bisa lagi bertemu denganmu” ucap Pangeran Auriga mempererat pelukannya.

Adara perlahan mengangkat tangannya dan membalas pelukan Pangeran Auriga. Altair yang berada di samping keduanya perlahan mundur beberapa langkah dan langsung berbalik.

“Aku sangat merindukanmu, Adara. Maafkan kebodohan ku.”

“Aku juga merindukanmu, Aga” ucap Adara seketika Pangeran Auriga melepaskan pelukannya.

“Kamu mengingat ku?”

“Tentu saja, aku tak mungkin melupakanmu.”

Pangeran Auriga tersenyum bahagia dan begitu pula dengan Adara. Pangeran Auriga kembali memeluk Adara, beberapa saat kemudian Pangeran Auriga teringat sesuatu lalu melepaskan pelukannya.

“Kita harus pergi dari sini, Adara” ucap Pangeran Auriga sembari menggenggam erat tangan Adara.

Pangeran Auriga membawa Adara masuk kedalam hutan terlarang dan begitu pula Altair yang mengikuti keduanya dari belakang.

Mereka bertiga melangkah menelusuri hutan, Pangeran Auriga tak pernah sekalipun melepaskan genggamannya dari Adara.

“Pangeran, aku baik-baik saja jadi tolong lepaskan—”

“Mulai sekarang aku tak akan pernah melepaskanmu lagi, kamu harus selalu berada didekatku” ucap Pangeran Auriga.

Adara seketika tertawa kecil mendengar kata-kata Pangeran Auriga.

“Kenapa kamu tertawa?” tanya Pangeran Auriga heran.

“Aku hanya tak percaya mendengar kata-kata itu dari seorang Pangeran Es sepertimu” goda Adara.

“Kamu masih memanggilku dengan julukan itu? Kamu tak takut jika aku menghukum mu? Kamu lupa bahwa aku ini seorang Pangeran” ucap Pangeran Auriga.

“Kamu mau menghukum ku? Apakah aku akan di cambuk? Atau dipenjara? Atau—”

“Selamanya mendampingiku” tambah Pangeran Auriga.

“Apa?” tanya Adara.

“Cepatlah kita harus segera kembali ke kerajaan Light Star.”

“Katakan dulu apa yang tadi kamu katakan” pinta Adara.

Pangeran Auriga tak mengatakan sepatah katapun.

“Kenapa wajahmu memerah seperti itu?” tanya Adara ketika melihat wajah Pangeran Auriga yang kemerahan namun tak di respon oleh Pangeran sehingga Adara hanya tersenyum.

Mereka bertiga terus melangkah cukup jauh, Adara mulai terlihat kelelahan. Kakinya serasa melemah, Pangeran Auriga menyadarinya sehingga meminta mereka untuk istirahat sebentar.

“Kita istirahat sebentar disini” perintah Pangeran Auriga.

Pangeran Auriga yang terus menggenggam tangan Adara langsung mendudukkannya dibawah sebuah pohon besar.

“Aku akan mencari kayu untuk membuat api unggun” ucap Pangeran Auriga.

“Aku akan menemanimu” usul Adara hendak berdiri namun Pangeran Auriga mendudukkannya kembali.

“Kamu sangat kelelahan, sebaiknya kamu tetap beristirahat disini” jelas Pangeran Auriga.

“Sebaiknya Altair menemanimu” usul Adara kembali yang tak henti-hentinya melepaskan tangan Pangeran Auriga karena khawatir.

🔛My Name is ADARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang