🌠28🌠

35 12 4
                                    

Adara melihat ke samping bangku taman tepat di bawah pohon. Ia berjongkok di bawah pohon dan menyingkirkan sebuah batu kemudian langsung menggali tanahnya.

Ia menggali cukup lama hingga sesuatu menghalangi galiannya. Sebuah kotak. Ia segera menyelesaikan galiannya dan mengeluarkan kotak itu.

Adara langsung membawa kotak itu kedalam rumah.

"Kamu sudah menemukannya kan? Sekarang pergi dari sini!!!" bentak Vega.

Vega berpaling melihat putri Ankaa yang hanya terdiam, "maafkan aku Putri. Tapi, jika anda membawanya kesini Aku takkan membiarkannya" jelas Vega.

"Iya, sesuai janji Aku akan pergi" ucap Adara yang hendak melangkah pergi.

"Tunggu, Adara!" teriak Rigel yang sontak membuat Vega memandang ke arah Rigel dengan kesal.

Adara berbalik, "maafkan Adara, Abang."

"Kenapa kamu selalu meminta maaf? Kamu tak melakukan kesalahan apapun."

"Kenapa Abang menghentikannya? Biarkan dia pergi! Dia telah menghancurkan keluarga kita! Ayahnya telah membunuh Ayah dan ibu kita! Ayahnya juga telah membunuh Kakek!" kemarahan Vega semakin menjadi-jadi.

Adara terkejut. Satu lagi masalah terkuak, belum juga Adara menyelesaikan masalah yang lain, kini masalah barupun muncul dan menambah rasa bersalah di hati Adara.

"VEGA!!!" bentak Rigel.

"A-abang membentakku? Abang membentakku karena anak pembunuh ini?" tanya Vega tak percaya.

"Diamlah Vega! Itu hanya rumor. Kakek pasti masih hidup di suatu tempat dan akan segera kembali. Jadi, jangan kamu termakan berita bohong itu."

"Abang membelanya? Karena abang menyayanginya melebihi aku kan?"

"Abang sangat menyayangi kalian berdua."

"Bohong!!! Dari dulu selalu Adara yang Abang dahulukan. Sejak lama aku ingin menanyakan ini. Jika aku dan dia dalam bahaya, siapa yang lebih dulu abang selamatkan?"

Rigel terdiam.

"Vega benar, Abang. Semua ini terjadi karenaku, jadi aku mohon jangan pernah bertengkar karenaku. Karena kalian hanya membuatku semakin membenci diriku sendiri."

"Dan Vega. Apa yang coba kamu buktikan? Tentu saja Abang lebih menyayangimu dari pada aku, kamu adalah saudari kandungnya sedangkan aku hanya sebatas orang asing disini."

Adara langsung pergi meninggalkan rumah itu dan semua kenangan di dalamnya. Ditengah perjalanan tampak Adara tak mampu menopang berat tubuhnya, sehingga pengawal yang lain dengan cepat memeganginya.

Adara melepaskan pegangan salah satu pengawal darinya. Melihat hal itu, Putri Ankaa langsung keluar dari tandunya dan menghampiri Adara.

"Kamu baik-baik saja?"

"Iya, Putri. Terima kasih telah mau membantuku. Tapi, bisakah anda kembali lebih dulu karena aku masih harus ke suatu tempat."

"Baiklah" ucap Putri Ankaa kemudian beranjak masuk kembali ke dalam tandunya lalu mereka semua pergi meninggalkan Adara seorang diri.

Sebenarnya Adara bukannya ingin pergi ke suatu tempat melainkan ia hanya ingin sendiri. Adara melangkah tanpa arah dengan membawa kotak peninggalan Kakek Sirius. Ia pun menghentikan langkahnya tepat di depan sebuah danau yang sangat besar, ia duduk di dekat danau lalu membuka perlahan kotak yang sejak tadi ia bawa.

Matanya terkejut melihat sebuah buku yang tertulis indah "Ramuan Comet."

Ternyata buku ramuan Ayah ada pada Kakek, tapi kenapa bisa ada di Kakek?

🔛My Name is ADARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang