🌠21🌠

50 22 6
                                    

Adara masuk dari balik pintu yang berhasil terbuka karena dorongannya dan kini pintu itu kembali tertutup, Adara mencoba membukanya kembali namun tak bisa. Ia kini terkunci.

Adara membalikkan tubuhnya melihat sekelilingnya, Adara segera merogoh tas miliknya dan mengeluarkan sebuah senter. Ia segera menyalakan senter tersebut dan mengarahkan ke arah depannya, sebuah rak berisi banyak sekali cairan yang menyita perhatiannya.

"Tempat apa ini?" gumam Adara.

Adara mengarahkan cahaya senter melihat satu persatu benda di dalam ruangan itu, tiba-tiba lampu ruangan seketika menyala. Adara terkejut namun hal yang lebih mengejutkan baginya ketika dapat melihat keseluruhan ruangan itu.

Ruangan yang seperti sebuah laboratorium penuh dengan toples kaca berisi cairan berwarna-warni bahkan terlihat cairan yang berisi organ-organ dalam yang misterius.

Ketika Adara sibuk memperhatikan seisi laboratorium tiba-tiba saja pintu perlahan terbuka dan dengan cepat Adara bersembunyi. Dua orang yang mengenakan pakaian serba putih dan memakai masker perlahan masuk kedalam laboratorium.

Adara semakin tak mengerti dan juga bingung mengenai semua yang terjadi, kedua orang itu membawa sesuatu berisi beberapa suntik. Lalu tak membutuhkan waktu yang lama mereka pun segera pergi meninggalkan laboratorium itu. Barulah Adara kembali keluar dari persembunyiannya.

“Suntik apa itu?” tanya Adara pada dirinya sendiri.

Adara berkeliling mengamati satu persatu benda di sekitarnya hingga sebuah benda menarik perhatiannya, terlihat sebuah bingkai foto. Adara mengangkat bingkai foto dan melihatnya lebih dekat, tampak beberapa orang tengah mengenakan jas putih. Adara melihat wajah beberapa orang yang dikenalnya, Ayah dan Ibunya yang baru ia ketahui bahwa tampaknya dulu keduanya adalah rekan kerja dari foto itu. Di foto itu juga terdapat tiga orang yang lain, saat Adara mencoba mengenali wajah mereka satu persatu tiba-tiba saja lampu padam dan membuat seisi ruangan kini diselimuti kegelapan. Adara kembali meletakkan bingkai foto, lalu segera menyalakan senter kembali dan melangkah menuju pintu keluar.

Adara menarik paksa pintu yang akhirnya dapat terbuka, lalu segera keluar dengan ditemani cahaya senter sebagai penerangan.

“Apa yang terjadi?” tanya Adara.

Adara sangat terkejut begitu melihat didepannya kini dipenuhi dengan bangkai tikus yang tadi sempat mengejarnya. Adara melangkah menelusuri bangkai-bangkai tikus hingga kini ia tiba di ujung lorong yang bercabang, Adara tahu jalan menuju lorong di sebelah kanannya yang akan membawanya kembali ke dalam istana sedangkan lorong di sebelah kirinya yang sampai saat ini hanya menjadi misteri yang belum terpecahkan.

Adara hendak melangkah menuju lorong disebelah kirinya namun langkah kakinya terhenti oleh suara dentuman yang sangat nyaring.

“Sepertinya aku harus segera kembali” ucap Adara segera memutar arah ke lorong kanannya dan langsung berlari.

Adara telah tiba di ujung lorong yang kini hanya jalan buntu didepannya, Adara mulai mengarahkan senter ke depannya mencari apapun yang dapat membantunya keluar, hingga sebuah tombol merah di samping pintu menarik perhatiannya. Tanpa berpikir panjang Adara segera menekan tombol merah yang ia temukan dan hasilnya perlahan-lahan pintu pun terbuka, tanpa membuang waktu Adara segera berlari keluar dari ruang rahasia menuju pintu keluar dari ruangan yang berisi lukisan. Ia berlari dengan hati-hati memasuki kamarnya dan segera menutup pintu kembali lalu menguncinya.

Kamarnya kini hanya diterangi cahaya lilin sedangkan di setiap ruangan yang tadi sempat ia lewati hanya di penuhi kegelapan tak ada cahaya sedikitpun.

Suara-suara aneh kini mulai terdengar, suara-suara itu kini menarik perhatiannya dan membuat Adara sangat penasaran. Adara kembali mendekati pintu kamarnya dan membuka kunci lalu membuka pintu kamarnya dengan perlahan. Ia seketika terkejut mendapati seseorang yang kini berdiri dihadapnnya.

🔛My Name is ADARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang