🌠26🌠

38 12 4
                                    

Adara kembali ke kamarnya, Ia terlihat mondar-mandir seperti sedang memikirkan sesuatu.

“Aku harus memulai dari mana?” tanya Adara cemas, “aku bahkan tak punya ide untuk membuat ramuan” omel Adara sembari melempar tasnya di atas tempat tidur.

Tiba-tiba sebuah buku berbalut hitam terjatuh di lantai, Adara melihatnya dengan teliti kemudian memungutnya.

“Aku sampai lupa membaca buku ini, sebaiknya segera ku baca. Mungkin saja ada petunjuk yang bisa aku dapatkan” gumam Adara kemudian membuka lembar demi lembar secara perlahan.

Tiba-tiba sebuah benda terjatuh dari dalam buku, Adara pun segera mengambilnya lalu melihatnya cukup lama.

“Ini...” Adara mulai berpikir sesaat, “apa yang terjadi?” tanya Adara kemudian pada dirinya sendiri.

Setahun telah berlalu, aku meracik ramuan dengan selalu dibantu oleh sahabatku yang kami lakukan secara diam-diam tanpa diketahui oleh Ayahanda.

Aku meracik ramuan karena aku menyukainya dan aku berharap Ayahanda memahami perasaanku.

Ramuan racikanku dan sahabatku mulai dikenal di seluruh negeri, kami menamakan diri kami sebagai 'Comet' .

Semua rakyat yang kami berikan ramuan, perlahan mulai pulih kembali. Sehingga kami mendapatkan cukup banyak permintaan.

Namun, hingga suatu waktu. Ketika kami mulai banyak dikenal. Ayahanda mendapati tempatku meracik ramuan. Gudang Persediaan yang aku gunakan sebagai tempat meracik ramuan. Tempat itu jarang dikunjungi sehingga bebas bagiku menggunakannya.

Ayahanda sangat marah besar padaku, ia menghancurkan semua alat-alat dan bahan-bahan milikku. ‘Comet’ benar-benar hancur. Hanya tersisa ramuan terakhir yang selalu kubawa kemana-mana dan buku Ramuan Comet yang berhasil ku berikan kepada seseorang yang paling penting dalam hidupku.

Aku benar-benar marah pada Ayahanda, ia tak pernah mengerti perasaanku. Aku akan menerima jika Ia melarangku keluar istana namun aku mohon setidaknya kali ini dia mengijinkanku melakukan apa yang aku inginkan.

Hingga hari itu tiba, hari dimana seluruh anggota keluarga kerajaan di kumpulkan di kamar Ayahanda. Aku dihadapkan dengan dua pilihan untuk dapat menggunakan ramuan terakhir. Karena diwaktu yang bersamaan kondisi kesehatan dari Ibu sahabatku juga bertambah parah.

Ramuan terakhir haruskah aku gunakan untuk mengobati Ayahanda atau untuk ibu dari sahabatku yang susah payah membantuku demi mendapatkan ramuan ini.

“Ramuan? Itu berarti Ayah dapat membuat ramuan” gumam Adara cukup terkejut.

“Buku ramuan Comet, mungkin aku bisa membuat ramuan dari buku itu. Benar! Aku harus menemukannya” gumam Adara kembali.

Adara kemudian beralih memandangi sebuah foto yang terus ia genggam, “tapi, apa maksud dari foto ini? Jangan-jangan...” ucap Adara menggantung, “sahabat yang Ayah maksud sebenarnya adalah...tidak mungkin, itu tidak mungkin” tolak Adara segera menutup kembali buku sampul hitam itu.

Adara segera melangkah menuju kamar Pangeran Auriga, namun ia tak berani untuk masuk ke dalam. Akhirnya ia memutuskan untuk bertanya pada salah satu pelayan tentang kondisi Pangeran Auriga saat ini.

"Bagaimana kondisi Pangeran?" tanya Adara penasaran.

"Baik-baik saja, Nona. Pangeran masih istirahat dikamarnya" jelas seorang pelayan.

"Syukurlah, jika ada apa-apa pada Pangeran tolong segera beritahu ku" pinta Adara.

"Baik, Nona" jawab Pelayan itu paham.

🔛My Name is ADARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang