🌠35🌠

43 5 1
                                    

Ankaa dan cowok itu langsung menelusuri hutan terlarang, tentu dengan penuh kehati-hatian. Ankaa melihat sekelilingnya dengan sangat fokus, jujur ia tak mau lagi berhubungan dengan yang namanya Supernova. Makhluk yang sangat ia benci didunia ini.

Ankaa menatap seseorang didepannya yang tampak santai namun tetap waspada. "Dimana tanaman itu berada?" tanya Ankaa penasaran. Cowok itu mendadak berbalik sehingga membuat Ankaa berhenti mendadak. "Bisakah kamu tidak balik mendadak seperti itu? Kamu membuatku terkejut" kesal Ankaa lalu kembali mengawasi sekelilingnya.

"Maaf. Justru kita ke hutan ini untuk mencarinya" ungkap cowok itu santai.

Kata-katanya menari-nari dikepala Ankaa, ia berusaha mencerna kata demi kata yang keluar dari mulut cowok itu. Hingga akhirnya ia menyadari maksud terselubung dibalik kata-kata cowok itu. "Maksud kamu, kita mencarinya di sekeliling hutan? Jadi, kamu tidak punya lokasi spesifik tempat tanaman itu berada?" Ankaa benar-benar tak percaya.

"Tepat sekali" cowok itu tersenyum dengan santainya lalu kembali melanjutkan perjalanan.

Ankaa masih terpaku menatap cowok didepannya yang mulai menjauh. Entah mengapa Ankaa benar-benar kesal. Selama Ankaa bersama Pangeran Auriga, ia tak pernah merasa sekesal ini. Rasanya ia ingin mencabik-cabik cowok didepannya. Coba bayangkan!. Bagaimana mungkin dua orang mencari tanaman berukuran kecil ditengah hutan yang luasnya tak bisa di ukur. Lalu, ditambah lagi tempat itu cukup gelap dengan tersembunyi bahaya yang kapan saja bisa menghampiri mereka berdua.

Cowok itu berbalik menyadari tak ada seorangpun berdiri disampingnya atau bahkan dibelakangnya. "Kenapa berhenti? Ayo jalan! Waktu kita nggak banyak" ungkapnya kemudian melanjutkan perjalanan.

Ankaa sangat kesal dan terpaksa menyusulnya dengan terus menggerutu, "udah tahu waktunya nggak banyak, tapi masih saja berjalan santai seperti itu" keluh Ankaa yang langsung berjalan cepat hingga melewati cowok itu.

Cowok itu kebingungan akan sikap Ankaa yang mendadak, "dia kenapa? Apa dia tahu jalannya?"

Ankaa berjalan kemanapun kakinya membawanya pergi, tanpa tahu arah hanya bermodalkan perasaan. Cowok dibelakangnya hanya mengikuti dengan santai. Ankaa melihat sebuah tanaman dan langsung bersemangat mendekatinya, "ketemu!" Ankaa tampak senang, namun lagi-lagi kesialan terjadi padanya. Karena tak memperhatikan jalannya, Ankaapun terjatuh dan tangannya mengenai tanaman berduri. Alhasil, tangannya terluka dan berdarah. Ankaa hanya meringis kesakitan.

Sedangkan cowok dibelakangnya hanya cekikikan, "makanya kalo jalan tuh anggun dikit, cewek kok nggak ada anggun-anggunnya" ejek cowok itu yang semakin membuat Ankaa marah.

Meledaklah amarah Ankaa yang sejak tadi ia tahan, "Kamu-" dengan cepat cowok itu menghampirinya lalu membungkam mulut Ankaa. Cowok itu memberikan kode agar Ankaa tetap diam dan tenang. Ankaa paham apa yang terjadi pada keduanya kini. Sudah pasti makhluk itu kini berada dekat dengan mereka.

Ankaa menutup matanya karena benar-benar takut. Sedangkan, cowok itu melihat kearah tangan Ankaa yang darahnya kini menetes. "Coba aku lihat tanganmu" bisik cowok itu. Ankaa terkejut dan kini menatap cowok didepannya yang terus melihat tangannya, Ankaa terpaksa mengulurkan tangannya.

Cowok itu hendak mau membuka kain yang mengikat pergelangan tangan Ankaa, namun dengan cepat Ankaa menarik kembali tangannya. Cowok itu tentu bingung pada sikap Ankaa, "aku harus mengecoh makhluk itu. Darahmu hanya akan membuat kita di deteksi" jelas cowok itu.

Ankaa berpikir sejenak, namun situasi membuatnya tak bisa berpikir. Ia pun memutuskan mengikuti apa yang cowok itu katakan. Lagi pula cowok itu tak mengenalnya, mereka berduapun tak akan pernah bertemu lagi setelah kejadian ini berakhir. Ankaa kembali mengulurkan tangannya pada cowok itu, dengan cepat cowok itu membuka ikatan kain dan kini kain itu sepenuhnya terlepas dari tangan Ankaa.

Cowok itu seketika terdiam sesaat, dipandangnya bekas luka ditangan Ankaa. "Cepatlah, aku takut makhluk itu akan menemukan kita" ungkap Ankaa tampak khawatir.

"Tak akan aku biarkan" jawab cowok itu yang kini menatap Ankaa. Ankaa balik menatapnya, "kalau gitu lakukan apa yang ingin kamu lakukan. Kenapa kamu malah diam?" Ankaa tak paham.

Cowok itu tersadar dan langsung mengikat luka pada tangan Ankaa dengan kain tersebut untuk mencegah pendarahannya. Setelah selesai, cowok itu malah kembali menatap Ankaa. Ankaa merasa ada yang aneh dan langsung menghujaninya dengan keluhan, "kamu sudah membuatku sial hari ini. Mulai dari menabrakku hingga tanaman mahal itu jatuh, lalu membuatku menangis. Sekarang harus masuk hutan terlarang tanpa tahu arah. Jadi, aku nggak akan mau jika akhirnya harus mati disini" ungkap Ankaa.

"Aku takkan membiarkan itu terjadi. Aku janji. Percayalah padaku" pinta cowok itu, namun malah tak direspon baik oleh Ankaa. "Aku tak suka sebuah perjanjian. Karena janji pada akhirnya hanya sebuah kata tanpa kepastian" ungkap Putri Ankaa, "Sudahlah. Apakah makhluk itu sudah pergi?" tanya Ankaa.

Cowok itu melihat dari balik semak-semak, "sepertinya mereka masih disekitar tempat ini" ujar cowok itu, "aku akan mencari cara agar kita bisa pergi dari tempat ini" ungkap cowok itu sembari berpikir keras.

Ankaa pun ikut berpikir.

Apa aku harus menggunakannya? Tapi...itu berarti tak ada lagi kenangan darinya.

Ankaa melihat ke arah pergelangan tangannya.

Tapi, masih ada tanda ini yang tersisa. Dia bilang benda itu dipakai disaat darurat. Aku rasa sekarang adalah saat darurat itu.

Cowok itupun fokus pada sikap Ankaa yang terus menyentuh luka dipergelangan tangannya tanpa kata. Cowok itu kini menatapnya dengan tatapan yang tampak berbeda.

Ankaa mengeluarkan sesuatu yang tergantung dilehernya. Sebuah botol kecil yang berisi dua butir sesuatu yang tidak diketahui. Cowok itu sedikit terkejut.

Ankaa mengeluarkan butiran itu dari dalam botol dan kini ada ditangannya. "Itu..." ucapan cowok itu terhenti.

"Pemberian temanku. Aku tak tahu apa fungsinya, tapi yang pasti benda ini akan membantu kita melarikan diri dari makhluk itu" jelas Ankaa, "ambil dan telanlah" perintah Ankaa kemudian.

Cowok itu hanya terpaku tanpa kata, Ankaa pun kebingungan dibuatnya. Terpaksa Ankaa mengambil satu tangannya dan langsung menaruh satu butir benda bulat kuning itu ke telapak tangan cowok itu. "Seberapa lama kamu simpan obat ini?" tanya cowok itu tiba-tiba.

"Sekitar 10 tahun mungkin" jawab Ankaa.

"Dan kamu masih saja menyimpannya?" tanya cowok itu kembali.

"Iya" jawab Ankaa.

"Teman siapa yang memberikannya?" tanya cowok itu kembali.

"Namanya..." ucapan Ankaa terhenti sambil menatap lekat cowok didepannya, "...kenapa kamu menanyakannya?" tanya Ankaa penasaran.

"Aku hanya ingin tahu" ujar cowok itu jujur.

"Itu kisah pribadi, tak perlu aku ceritakan padamu. Sekarang telanlah obat itu! Dan jangan banyak tanya soal kehidupanku, karena aku tak mungkin begitu saja menceritakan kepada orang asing" ungkap Putri Ankaa.

"Aku orang asing bagimu?" tanya cowok itu.

"Tentu saja. Kamu orang asing yang entah muncul dari mana. Pastinya setelah kejadian ini, setelah kamu bertanggung jawab. Kita mungkin takkan bertemu lagi" ungkap Ankaa.

"Bagaimana jika nantinya kita bertemu lagi? Tak ada yang tahu tentang takdir" ucap cowok itu kemudian tersenyum.

23|11|2019
sαłαм sαyαηg,

Azuma_Kara

🔛My Name is ADARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang