Lima✍

5K 476 36
                                    

Seumur hidupnya baru kali ini Rangga memegang benda yang namanya 'sapu'. Di kehidupannya dulu, saat dia masih di Mataram dia lebih senang memerintah dan hidup sesuka hatinya. Tapi sekarang, dia harus memegang sapu serta alat kebersihan lainnya karena perintah Adisty.

"Dasar rakyat jelata itu, membuatku layaknya seperti seorang budak dirumahnya." Rangga terus menggerutu sambil menyapu rumah Adisty. Sedangkan gadis itu sedang pergi sekolah.

Selesai menyapu Rangga menuju dapur untuk mengambil minum, lalu pandangannya tertuju pada kulkas. Dia pun mendekati kulkas lalu kemudian membukanya.

"Wahhhh hebat sekali lemari ini, mengeluarkan sihir dingin. Ternyata rakyat jelata memiliki benda-benda ajaib luar biasa." Tangan Rangga mengambil air yang ada di botol lalu dia menutup kulkas kembali.

"Apakah air ini aman untuk ku minum? Hm, semoga saja aman. Aku sudah haus sekali," Rangga pun meminumnya "Luar biasa, air ini juga terpengaruh dengan sihir dingin itu." Rangga benar-benar kagum.

Karena dia terlalu penasaran dengan semua benda-benda aneh milik Adisty, diapun lanjut menuju ruang tengah dimana ada benda kotak hitam yang dia ingin tahu kegunaannya.

Kini dia sudah berdiri di depan televisi, dia lalu meraba kotak itu. Yang dapat disimpulkan oleh Rangga, kotak kaca ini sedikit berat saat diangkat, mungkin di dalamnya ada banyak jin yang menempati, pikir Rangga.

Tapi tak sengaja dia menyentuh tombol power televisi tabung itu yang membuatnya menyala. Betapa terkejutnya Rangga sampai dia terjungkal ke belakang.

"Astaghfirullah aku terkejut." Rangga terhenyak dengan apa yang baru saja dia ucapkan, dia memegang bibirnya. Dia tidak pernah mengucapkan kata sakral yang sering diucapkan ayahnya.

Rangga kini terdiam, dia bahkan menghiraukan televisi yang menyala yang tadinya membuatnya kaget. Dia sibuk merenungi semua sifatnya dimasa lalu. Dahulunya dia memang benar-benar sombong dan angkuh karena merasa dirinya paling kuat dan hebat.

Ya karena kesaktian yang dimiliki sangat jarang dimasanya. Dia terlalu sombong sampai lupa bahwa Tuhan masih hebat dari segalanya. Seperti pepatah 'diatas langit masih ada langit' kini dia tahu apa maksud pepatah yang pernah diucapkan ayahnya untuknya.

Dia tidak pernah melaksanakan sholat seperti yang diajarkan oleh ayahnya, dia tidak pernah berdoa ataupun meminta kepada Tuhan. Karena dipikirannya dulu dia bisa segalanya sendiri tanpa bantuan siapapun termasuk Tuhan sekalipun.

Karena terlalu lama merenung, Rangga tak sadar kalau Adisty sudah pulang dari sekolah dan kini tengah menatapnya. Adisty pulang cepat karena sekolahnya ada acara seminar.

"Heh orang aneh, kenapa lo?" tanya Adisty sambil melambaikan tangannya di depan wajah Rangga.

Tak ada reaksi dari Rangga, Adisty mengendikkan bahunya acuh. Adisty pun berlalu ke kamarnya untuk berganti baju.

- oOo -


Rangga menghampiri Adisty yang tengah memasak dengan wajah antusias.

"Hai rakyat jelata," Rangga menepuk pundak Adisty sedikit keras. "Aku benar-benar takjub dengan lemari sihir dingin itu, kau membuatnya dengan ilmu apa?" tanya Rangga yang membuat Adisty membuka mulutnya lebar.

"Maksud lo?"

Rangga menunjuk kulkas, "Ituloh lemari sihir dingin itu."

Adisty terdiam lalu tiba-tiba tertawa keras. Dia tidak habis pikir dengan Rangga yang mengira suhu dingin yang dihasilkan kulkas itu adalah sihir, padahal itu jelas bukan sihir.

QUERENCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang