Empat✍

5.1K 475 32
                                        

"Jadi ini Bumi Jakarta? Hebat! Benar-benar berbeda dengan Bumi Mataram." Rangga terpesona dengan bangunan pencakar langit yang kini tengah dilihatnya. Sedari tadi pagi dia hanya berdiam diri pinggir jalan karena dia benar-benar bingung harus lewat jalan mana menuju Yogyakarta.

"Woaaa kenapa banyak sekali benda kotak yang lewat, tapi dengan apa benda itu bergerak? Bahkan benda itu tak ada kudanya." Karena ucapan Rangga yang keras tak sedikit orang yang pejalan kaki di trotoar menatap ke arahnya aneh.

Rangga terkejut saat tiba-tiba ada yang memeluk lengannya dan saat dia menoleh dia mendapati seorang entah itu perempuan atau laki-laki karena dandanannya yang menor tapi suara laki-laki.

"Hei kau lampir, lepaskan tangan kotormu dari lenganku!!" Pekik Rangga dan mendorong orang itu sampai jatuh.

"Ya ampyunn yu jaat ya sama eykee, rambut kece milik eyke jadi nggak cetar lage dehh" Ternyata itu Tante girang pemirsa.

"Menjijikkan!" Rangga merinding dan bersiap berlari kalau saja kakinya tidak dipegang oleh orang itu.

"LEPASKAN KAKIKU HAI LAMPIR BURUK RUPA!" Teriak Rangga, dia menoleh ke orang-orang yang lewat tapi justru ditertawakan bukannya di tolong.

"Aduh maaasss yu jaat sama inces hiks... masa eyke yang udah ngalahin mbak jejen blekping dibilang lampir buruk rupa iyuhhhh najuissss cuihh" tante girang itu makin memeluk erat kaki Rangga.

"LEPASKAN TANGANMU HEI!" Rangga masih menggerak-gerakan kakinya agar tangan itu terlepas.

"Masss halalin eyke dungs, eyke bakal jadi istri solekah buat mass,"

"AKU TAK MENGERTI UCAPANMU LAMPIR BURUK RUPA, KYAAA" Akhirnya tangan itu terlepas dan Rangga segera berlari menjauh dari tante girang itu.

Karena Rangga yang terlalu sering melihat ke belakang karena tante girang itu masih mengejarnya hingga tak menyadari ada orang didepannya.

Dughh

"Akhhh... " Rangga terjungkal ke belakang.

"Ya ampun Rangga, astaga! Lo ngapain lari-lari?" Mendengar suara itu sontak raut wajah Rangga berubah senang dan segera bangkit.

"Masss guantengggnya incess..."

Rangga langsung bersembunyi dibelakang Adisty yang telah berhasil menemukan Rangga.

"Rakyat jelata selamatkan aku dari lampir buruk rupa itu, aku tidak tau kekuatan apa yang dimiliki olehnya sampai dia susah sekali untuk ku tendang." ujar Rangga sambil menunjuk ke arah Tante girang yang sudah ngos-ngosan di depan Adisty.

"Hei pelakorr yu mau ngerebut mas guanteng eyke? Sini baku hantam kita!" Tante girang itu mulai melipat lengan bajunya seolah menantang Adisty.

Adisty yang tak mau kalah langsung saja menendang perut orang itu. "PERGI LO NJIR, JIJIK GUE!"

Setelah mendapat tendangan dari Adisty orang itu langsung lari terbirit-birit. Rangga bernapas lega. Adisty berbalik untuk menatap Rangga.

"Heran, kenapa gue bisa khawatir sama lo coba." Gumam Adisty.

Rangga langsung memeluk Adisty dengan erat "Rakyat jelata terima kasih sudah menyelamatkanku, ternyata kau hebat juga."

Adisty terdiam kaku mendapat perlakuan yang tiba-tiba dari Rangga. Sadar akan pelukan ini Adisty segera mendorong Rangga dan terlepas dari pelukannya.

Rahayu dan Bayu yang sedari tadi diam, kini makin terperangah melihat penampilan Rangga dan gaya bicaranya yang aneh. Ternyata Adisty tak berbohong.

QUERENCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang