Duapuluh Dua✍

3.4K 319 28
                                    

Setelah lamanya Adisty dan teman-temannya berperang melawan soal ujian yang membuatnya mabok, kini mereka sudah bisa berleha-leha sambil menunggu hasil ujian.

"Lo mau kuliah dimana, Dis?" tanya Rahayu yang tengah memakan siomaynya dengan kaki di naikkan satu ke atas kursi di dalam kelasnya.

Adisty yang juga tengah menikmati bakso kuah itu mendesis pelan karena baksonya begitu pedas, "Shh... Gue nggak kuliah dulu tahun ini. Mau shh.. mau kerja dulu kayak biasanya." jawab Adisty dan setelah itu dia meminum minumannya karena efek kepedasan itu.

"Idup udah enak masih aja milih kerja lo. Kalo gue jadi lo nih, gue minta di kuliahin di luar negeri." ucap Rahayu yang mendapat gelengan dari Adisty.

"Gimana ya, Yu. Gue udah kebiasa apa-apa nyari duit sendiri semenjak ortu nggak ada. Sekarang udah ada instan tinggal nikmati malah ngerasa aneh aja gitu." curhat Adisty yang diangguki Rahayu.

"Keluarga lo ijinin?"

"Mereka sih ngikut keputusan gue aja, nggak mau maksa gue katanya. Gue mau puas-puasin kerja dulu di restoran bos Ajie, ntar kalau udah bener-bener minat kuliah baru deh gue bilang ke keluarga."

Jujur, soal minat Adisty untuk saat ini masih sangat minim. Jadi dia lebih memutuskan untuk bekerja lebih dulu saja, daripada nanti dipertengahan kuliah dia malah berhenti tak ingin melanjutkan kan jadi merepotkan eyang nya yang sudah susah payah memasukkannya ke universitas. Dan Adisty tidak mau itu terjadi, maka dari itu bekerja untuk saat ini adalah keputusan yang tepat untuknya.

"Kalau lo sendiri gimana?" tanya Adisty kepada Rahayu yang telah selesai makan siomaynya. Dasar, Rahayu. Kalau soal makan saja dia begitu cepat habis. Kalau soal materi pelajaran aja udah klenger duluan padahal materi belum kemakan semua.

"Gue pengen ambil PGSD. Pengen ngajar di SD, ketemu anak kecil... Ih bayanginnya aja udah seru." mata Rahayu nampak berbinar-binar.

"Yahh lo nggak jadi kawin muda dong sama si Bayu,"

"Ah elah Dis, gue aja nggak kepikiran sampe situ. Kita kan cuma jalanin aja, nanti kedepannya gimana biar Allah yang ngatur. Toh kalau emang Bayu jodoh gue, dia nggak akan sama cewek lain." Adisty bertepuk tangan mendengar itu, sahabat alay dan ngeselin seperti Rahayu bisa bicara bijak rupanya.

"Ya ampun! Kesayangan gue kok ngomongno bijak amat." Seruan seseorang dari pintu kelas membuat Adisty dan Rahayu memutar bola matanya malas.

"Soyang sayang pala lo ngglempang, Bay." dengus Adisty ketika Bayu duduk di sebelah Rahayu.

"Oh iya Bay, gue mau nanya. Abis ini lo mau kuliah dimana?" tanya Adisty.

"UGM insyaallah, doain aje yee." balas Bayu, lalu matanya melirik ke arah Rahayu di sebelahnya.

"Nggak usah diliatin gitu banget oi, mending kalo emang nggak sanggup pisah kalian bedua nikah aja awowoowwk." Canda Adisty yang membuat Rahayu malu dan Bayu terkekeh.

"Gimana yang, mau nikah abis ini? Soal nafkah tenang aja, gue udah ada usaha kok."

Adisty menahan napas sedangkan Rahayu kejang-kejang ditempatnya.

- oOo -

Terus berlari dan berlari tanpa memikirkan penampilannya sekarang adalah hal yang tepat yang dilakukan oleh cowok itu. Kemeja putihnya sudah bercampur keringat akibat berlari serta sudah tak rapi lagi.

Dia benar-benar harus berlari sejauh mungkin dari acara pesta perusahaan yang membuatnya akan terjebak oleh emak-emak sosialita yang memintanya foto dan juga menawarkan anak gadisnya kepadanya.

QUERENCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang