Duapuluh Tiga✍

3.4K 300 21
                                    

"YA AMPUN SOP AYAM GUE!"

Rangga ternganga di tempatnya. Tadinya dia hampir luluh karena cewek di depannya yang sudah memasang wajah ala sadgirl dan memeluknya erat, kini malah mendorongnya dan memekik keras karena sop ayam yang jatuh. Catat, SOP AYAM!.

Ini cewek nggak waras kali ya, udah meluk meluk gue sembarangan eh kena dorong pula...

Biasanya dia akan marah ketika ada orang yang berani memeluknya apalagi itu orang asing. Dan cewek didepannya ini membuatnya merasa aneh pada dirinya sendiri yang tidak menolak pelukan dari cewek itu, alias Adisty.

Tapi anehnya, cewek di depannya ini masih setia jongkok meratapi sop ayamnya yang pecah dengan kepala tertunduk.

"Segitunya amat sama sop ayam, dasar cewek aneh!" sindir Rangga yang tidak dapat respon dari cewek di depannya.

"Hiks ... hiks ..."

"Eh, nangis?" Rangga berjalan cepat mendekat,
"Eh neng, jangan nangis dong!? Gue kan nggak ngapa-ngapain lo ..." bahkan Rangga kini ikut jongkok agar bisa melihat wajah yang tertunduk itu dan tertutup rambutnya. 

Adisty berdiri tiba-tiba dan mengusap air matanya dengan kasar, melihat itu Rangga ikut berdiri dan langsung mendapat tatapan tajam dari Adisty.

"NGAPAIN LO DATENG LAGI, HAH?"

Rangga tersentak kaget, tangannya reflek mengelus dadanya, "Heh jangan teriak-teriak neng, itu tetangga lo pada bangun kan kasian."

"HUAAAA" Adisty menangis meraung dan makin membuat panik Rangga. Rangga panik karena takut tetangga-tetangga cewek ini pada bangun dan akan mengeroyok mereka berdua karena mengganggu ketentraman.

Segera saja Rangga menarik Adisty dalam pelukannya. Awalnya cewek itu meronta, namun setelahnya Adisty diam dan menyandarkan kepalanya sambil menangis di dada Rangga. Tangan kiri Adisty mencengkram kemeja yang dikenakan oleh Rangga.

"Jangan nangis ya, neng. Udah gede masa nangis, nggak malu sama kucing yang lagi ngeue?"

"Nggak lucu! Hiks ..."

"Lucuin aja, neng. Lagian pasti lo seneng kan bisa dipeluk cowok ganteng kayak gue gini? Udah tau gue ma,"

Adisty mendongakkan kepalanya, "Jangan panggil gue 'neng'." Sanaya kembali menyandarkan kepalanya.

"Terus gue kudu manggil lo apa? Sayang?"
tertawa pelan, perlahan dia mengurai pelukan itu dan mundur perlahan, "Lo pura-pura lupa atau emang nggak inget?"

Rangga menggaruk kepalanya tanda tak mengerti, "Maksudnya gimana sih? Coba deh jelasin ke gue. Lagaknya gue kayak pernah kenal sama lo, tapi gue masih belum inget jelas."

"Gue rakyat jelatanya Rangga Samudra. Rangga Samudra yang udah berhasil jadiin gue bucin, dan hanya cinta sama Rangga seorang. Gue nggak tahu kenapa lo bisa berubah seperti orang yang bukan gue kenal, dan kemana lo pergi berbulan-bulan lamanya." ucap Sanaya sambil menatap Rangga dalam.

"Dulunya sosok Rangga Samudra nggak seperti ini ... Dia nggak paham bahasa gaul seperti yang lo ucapk-"

"Tapi gue emang Rangga Samudra, neng. Bukan orang lain."

Adisty tersenyum tipis, "Lalu kenapa bisa jadi seperti ini? Apa yang terjadi? Bahkan lo nggak inget gue, Rangga ..."

Adisty berbalik memunggungi Rangga, dia mengusap air matanya yang kembali mengalir dengan punggung tangannya.

Sementara Rangga menatap punggung kecil itu dalam diam, dia merasa seperti hatinya di remas dan memberikan sensasi tidak enak di tubuhnya. Rangga memejamkan matanya mencoba mengingat-ingat siapa cewek di depannya ini.

QUERENCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang