Empat belas✍

4.1K 368 13
                                    

Hari ini Rangga di perbolehkan pulang dan kebetulan tepat di hari Sabtu dimana Adisty libur sekolah. Rangga, cowok itu hanya duduk diam di sofa dengan satu kakinya terangkat menumpu di paha kirinya sambil memperhatikan Adisty yang tengah membereskan baju-bajunya ke dalam tas.

"Setelah aku lihat-lihat, kau sudah cocok jadi ibu rumah tangga." Adisty hanya memutar bola matanya malas mendengar ucapan Rangga.

"Kau bisa apa saja, memasak pun kau pintar sekali. Mungkin jika kau hidup di zaman Mataram akan ada banyak pujangga yang meminangmu."

"Untung gue kagak di zaman Mataram yee, gue nggak mau nikah muda." Balas Adisty yang telah selesai membereskan. Dia kemudian menenteng tas itu dan berjalan menuju sofa dimana Rangga duduk.

"Tapi disini kau pun jomblo hahaha" Rangga tertawa terbahak-bahak.

Adisty mendecih sambil menendang kaki Rangga pelan, "Ngaca ya mas! Situ aja jomblo pake ngatain gue jomblo."

Rangga langsung diam dan menatap Adisty dengan serius, "Kalau begitu, jadilah kekasihku..."

Krik krik krik krik

Bukannya kaget setengah mampus yang ada di bayangan Rangga justru Adisty hanya menaikkan sebelas alisnya.

"Kayaknya lo sakit lagi deh. Perlu di opname lagi, otak lo nggak waras karena bergaul sama kopel kupret itu." ucap Adisty sambil menyentuh kening Rangga.

Rangga mendengus lalu menyingkirkan tangan Adisty, "Bukan karena mereka, tetapi kau yang terlalu kaku juga galak. Pantas saja lelaki tidak ada yang berani mendekatimu selain aku, berbanggalah kau rakyat jelata karena ku dekati."

Iya gue bersyukur karena lo yang berhasil deketin gue.

"Iyuhh, sotoi lo! Dahlah daripada ngurusin percintaan gue mending ayo kita pulang. Gue juga harus kerja." Adisty melangkah keluar lebih dulu meninggalkan Rangga yang tak habis pikir dengan Adisty.

"Yak tunggulah aku, wahai rakyat jelata." Rangga menyusul Adisty.

Sedangkan Adisty, dia berjalan lebih dulu menyusuri koridor rumah sakit sambil memegang dada sebelah kirinya dimana jantungnya berdegup kencang.

" Kalau begitu, jadilah kekasihku..."

"Sialan si Rangga! Gara-gara ucapannya gue jadi kepikir terus." maki Adisty pelan dan membuat orang yang berpapasan dengan Adisty melihat ke arahnya. Tetapi cewek itu tak peduli.

Seketika tubuh Adisty berhenti mendadak dan tidak bisa bergerak. Eh ini kenapa?

Hingga Adisty merasakan ada lengan yang melingkar di pinggangnya. Dan saat itulah tubuhnya bisa di gerakkan.

"Rakyat jelata, sekali-kali berjalanlah seperti tuan putri. Tidak kesusu sepertimu."

Sudah Adisty duga ternyata Rangga yang membuat tubuhnya kaku tidak bisa digerakkan. Tetapi ada yang lebih mengejutkannya dimana tangan Rangga yang melingkar di pinggangnya.

"Dih apaan sih! Suka-suka gue ya, eh singkirin tangan lo!" Adisty mencoba menjauh tapi ditahan oleh Rangga.

"Hari ini anda pulang?" Tiba-tiba seorang suster berwajah khas orang China berhenti di depan Rangga dan Adisty. Membuat Adisty heran dibuatnya.

"Iya, saya pulang. Saya tidak betah berlama-lama di rumah sakit." Balas Rangga kalem, tetapi dia makin merapatkan Adisty agar lebih dekat dengannya.

"Syukurlah, em apa ini istri anda?" Tanya suster itu sambil menilai Adisty dari atas sampai bawah.

"Biasa aja liatinnya, udah berasa perfect lo?" sembur Adisty. Adisty paling benci ditatap seperti itu, makanya dia nyeplos aja ketika mengatakan itu.

QUERENCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang