Duapuluh Empat✍

4.3K 334 23
                                    

Satu minggu berlalu begitu cepat, dan Adisty memutuskan untuk pulang saja ke rumahnya karena dia ternyata tidak bisa tidur dengan tenang kalau tidak di kasur miliknya sendiri.

"Padahal Oma lebih suka kamu nginep sini terus loh, Dis." Anna yang tengah menyuapi Adisty itu berucap.

Adisty memalingkan wajahnya dari layar ponselnya, "Oma nggak boleh gitu dong, nanti kalau rumah nggak ada yang nempatin bisa-bisa bala tentara mbak kunti sama om Wowo nempatin kan bahaya. Adis nggak mau ya rumah aku di ambil alih mereka."

"Halah Opa juga bisa ngusir mereka, Dis. Kalau kamu di ganggu panggil Opa aja." Wirawan yang duduk di sebelah Adisty sambil menyemil kue kering buatan Anna ikut bersuara.

"Nggak usah sok berani kamu, Pa. Baru liat tuyul yang mau nyolong duit aja udah kebelet bergaya mau ngusir." cibir Anna yang membuat Wirawan mendengus kesal.

Adisty tertawa mengejek ke Wirawan setelahnya.

Tin tin

Suara klakson motor dari depan rumah terdengar, membuat Adisty segera bangkit dan menyalimi kedua tangan Opa dan Omanya.

"Itu Jo udah dateng, Adis pulang dulu yak..."

Saat hendak berbalik, Anna mencegah, "Masak abis makan nggak minum, ini minum dulu biar ga seret." Adis menenggak minumnya dengan cepat lalu setelah itu dia pamit dan keluar rumah.

"Lama ahmat lo, Dis." gerutu Jo sambil memakaikan helm ke kepala Adisty.

Adisty bersendawa yang membuat Jo bergidik jijik, "Ini cewek minta gua les privat putri keraton deh kayaknya, biar anggunan dikit."

Adisty menaiki motor gede Jo sambil tertawa, "Gue nggak perlu les begituan ya, lebih baik kita pulang sekarang. Gue udah kangen kasur nih,"

"Nyenyenyenyenye" ucap Jo bernada.

Setelah itu Jo melajukan motornya meninggalkan kompleks Anna dan Wirawan.

- oOo -

Motor Jo berhenti di depan halaman rumah Adisty.

"Makasih Jo tersayang, udah mau nganterin dedeq Adis puyang..." ucap Adisty dibuat seimut mungkin.

Pletak

"Najisin! Dah sono masuk lo, gue mau ngapel ke rumah bebycan."

Adisty merengut kesal sambil mengusap kepalanya yang terkena jitakan Jo, "Bebycan Bebycan pacar lo macan! Dahlah males gue liat muka lo. Bye!" Adisty melenggang masuk meninggalkan Jo yang melongo karena Adisty.

"Adek sepupu laknat emang si Adis," Ucap Jo lalu mulai menjalankan motornya meninggalkan desa Adisty.

Gelap, itulah yang di lihat Adisty saat memasuki rumahnya. Jelas gelap karena dia tak menyalakan lampunya. Adisty pun berjalan untuk menyalakan saklar lampu yang berada di tembok dekat TV.

Saat lampu menyala, Adisty berbalik hendak menuju kamarnya, tapi-

"AAAAAAA" Adisty berteriak kaget ketika melihat orang duduk di sofa depan Tv sambil bersidekap dada.

"Kau kemana seminggu ini?" Rangga berdiri dari duduknya lalu berjalan mendekat ke arah Adisty dengan tangan yang masih bersidekap dada.

"Aku sudah tau semuanya, maaf aku melupakanmu kemarin..." Rangga memeluk Adisty.

Adisty diam di tempatnya, "Setelah kejadian di malam ketika aku menyelamatkatmu aku terluka parah karena aku melanggar pantanganku yaitu memakan makanan bersuhu rendah. Keadaanku makin parah karena aku memaksakan untuk menolongmu dari lelaki jahat itu, hingga saat aku tak sadarkan diri aku dibawa oleh Dika ke Amerika." Rangga bercerita tepat di telinga Adisty.

QUERENCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang