Dua ✍

5.7K 486 30
                                    

Adisty tiba di rumah tepat pukul sepuluh malam. Setelah pulang sekolah memang dia harus bekerja dulu di salah satu restoran sebagai pelayan.

Adisty berjalan ke dapur untuk menaruh barang belanjaannya ke dalam kulkas. Melihat kulkasnya kembali penuh, dia tersenyum lebar.

"Gini kan sedep kalo dipandang, kulkasnya nggak kosong melompong cuma air putih hehe" Sehabis itu dia menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Adisty mandi tak perlu lama karena dia harus hemat air agar tak terlalu menghabiskan uang saat bayar nanti. Dia kini sudah mengenakan kaos hitam dan juga hotpants warna putih.

Krugh krughh

Adisty memegang perutnya yang berbunyi, dia teringat saat bekerja di restoran tadi dia belum makan lantaran banyaknya pelanggan.

Karena malas memasak berat, dia lebih memilih menyeduh mie instan kuah saja dan membawanya ke kamar sambil menikmati langit malam lewat jendela yang dia buka.

"Bulannya kok aneh ya, merah merah gitu. Udah kayak pilem serigala aja." Gumam Adisty sambil memandangi bulan di langit.

Setelah makan dia meletakkan mangkuk kosong itu meja nakas samping patung kayu kecil itu. Adisty kembali meraih patung itu lalu membolak-balik seperti yang dilakukan oleh Rahayu tadi pagi.

"Lo bener-bener ajaib, ya? Perasaan gue nggak ngambil lo deh. Tapi kalo lo ajaib tunjukin dong, apa gue perlu cium lo dulu?" Adisty mencium benda itu sekilas lalu tertawa terbahak.

Rasanya lucu memikirkan hal aneh seperti itu, dia sama sekali tidak percaya dengan hal hal ajaib. Dia kembali menatap benda ditangannya.

"Ah lo nggak ajaib, nggak seru ih..." Adisty masih saja tertawa, tepatnya menertawakan dirinya sendiri karena tingkahnya.

Hingga Adisty merasa hembusan angin yang masuk ke dalam kamarnya ini terasa begitu kencang yang membuat rambutnya beterbangan serta langit tiba-tiba menjadi gelap dan petir mulai menyambar.

Adisty terkejut dengan perubahan cuaca yang tiba-tiba berubah secepat itu. Dia bahkan menganga dan melepaskan patung itu jatuh ke lantai. Dia mendekatkan tubuhnya ke jendela untuk melihat langit malam yang menurutnya aneh, apalagi angin makin bertiup kencang.

"Astaghfirullah apa ini ada badai topan?Kiamat?" Adisty menebak-nebak sambil melihat rumah-rumah tetangganya. Tapi kenapa tetangganya tidak ada yang keluar dari rumah karena angin kencang ini? Apa tetangganya udah mati mendadak semua.

"Ya ampun langitnya kok cerah lagi?" Adisty benar-benar terkejut melihat fenomena alam yang baru saja terjadi. Angin yang bertiup kencang pun mendadak hilang seketika seakan-akan tidak pernah terjadi.

"Kayaknya efek mie kuah gue jadi gini deh!" Adisty memegang kepalanya yang mendadak pusing akibat fenomena yang baru saja terjadi. Dia berbalik untuk sekedar duduk di pinggir kasur.

Tapi dia seketika terjungkal ke belakang saat melihat apa yang ada didepannya. Matanya terbelalak lebar, mulutnya menganga. Di depannya kini berdiri seorang lelaki bertubuh gagah dan terlihat tampan.

" AAAAAAAA SIAPA LO??" Jerit Adisty sebelum akhirnya pingsan tak sadarkan diri.

- oOo -

Adisty merasakan ada yang menepuk -nepuk pipinya hingga akhirnya dia perlahan membuka matanya. Saat matanya sudah terbuka lebar didepannya ada seorang lelaki berambut panjang dan terpadat ikat kepala seperti ala ala pendekar zaman dulu.

Adisty bersiap ingin menjerit tapi tangan laki-laki itu segera membungkam mulut Adisty.

"Hmmphh... "

QUERENCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang