Lima belas✍

3.6K 342 3
                                    

Menghela nafas lelah dan tubuhnya dia selonjorkan adalah kegiatan yang dia lakukan saat ini. Malam Minggu benar-benar membuat dia ekstra dalam berkerja karena banyaknya pelanggan yang harus dilayani.

Adisty menatap jam dinding di ruang istirahat tempat pekerja yang menunjukkan pukul satu malam. Di restoran hanya tersisa dirinya, Yuni juga bos nya. Pekerja yang lain sudah pulang terlebih dahulu. Karena merasa sudah cukup di beristirahat, dia pun berjalan keluar ruangan tapi berpapasan dengan Yuni dan bosnya yang tengah berdebat.

"Ehmm.. bos sama Yuni kalo debat terus ntar jodoh mampus, hahahaha" kedua orang itu menoleh dan menatap Adisty horor.

"Sembarangan lo Dis kalo ngomong." ucap Yuni sebal sambil menyilang tangannya.

"Mau gue potong gaji lo Dis?" Kini Ajie-bos Adisty tepatnya pemilik restoran ini ikut bicara.
Tapi bukannya takut, Adisty malah tertawa terbahak-bahak, Adisty memang sudah akrab dengan bos nya makanya dia tidak takut dengan ancaman yang diberikan bos nya. Dia membenarkan tas sekolah di punggungnya.

"Dih gue doain bangkrut juga nih restoran lo berani potong gaji gue bos hahahahaha..." ucap Adisty sambil tertawa kembali, dia kemudian berjalan mendekat untuk pamit dan menyalimi tangan Ajie juga Yuni yang umurnya lebih tua darinya.

"Setuju gue Dis sama lo," Yuni ikut tertawa.

"Gue cium juga lo Yun. Lagian punya anak buah kok kampret semua." Ajie mendengus kesal.

Adisty hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah bos nya itu, "Yaudah kalo gitu bos, Yun. Gue pamit pulang dulu."

"Ini gaji lo bonus lembur." ucap Ajie sambil menyerahkan amplop coklat berisi gaji Adisty. Tentu saja Adisty begitu girang saat menerima amplop. Dia pun menyalimi tangan Ajie dan Yuni bergantian.

"Lo pulang sendiri?" tanya Yuni kepada Adisty dan Ajie pun mengangguk karena satu pertanyaan dengan Yuni.

"Iya, gue pulang send-"

"Dia pulang bersamaku." Rangga datang memotong ucapan Adisty, cewek itu mencebik kesal.

Rangga berjalan mendekat ke arah Adisty kemudian merangkul cewek itu lalu tersenyum kepada Yuni dan Ajie.

"Lo siapanya Adisty?" tanya Ajie dan Yuni barengan yang membuat Adisty menyoraki keduanya. Sedangkan kedua beda gender itu saling melirik kesal.

"Aku masa depannya Adisty, bro." Ketiga orang itu mendelik dengan ucapan Rangga.

"Serius lo? Cieeee Adisty udah calon nih yaa. Dih laku juga ya lo bocil." Goda Ajie yang diikuti Yuni. Ajie ini sudah menganggap Adisty adalah adiknya, apalagi Adisty inilah yang juga membantu memberikan ide menu minuman yang membuat restorannya makin ramai. Jadi dia benar-benar menganggap Adisty adalah adiknya.

"Eh apaan sih! Jangan percaya bos, otak ini orang aneh emang rada sengklek. Yaudah kalo gitu gue pulang dulu, Assalamualaikum." Adisty langsung menyeret Rangga keluar restoran.

- oOo -

"Ngapain sih lo pake jemput-jemput gue segala tadi? Mana lo bilang gitu ke bos gue, besok kalo bos gue yang lambe turahnya nyebarin ke temen kerja gue yang lain gimana? Doh paling bisa deh lo bikin gue naik darah."

Rangga sedari tadi hanya geleng-geleng kepala dan berjalan santai di samping Adisty yang terus mengoceh menyalahkannya.

"Aku tau kau senang dengan ucapanku tadi, sudah tidak perlu kau jelaskan Adisty. Ternyata Bayu benar, perempuan paling bisa menyembunyikan rasa malu dan senangnya dalam waktu bersamaan. Lain di mulut lain di hati." ucap Rangga yang sempat berhenti dan menatap Adisty.

QUERENCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang