Tiga belas✍

4.2K 381 33
                                    

🎶 Hokshirado jeonhwaga ullilkka bwa
Gwaenhan gidael haneun naega miweo
Jakku ttokttak georineun shigye soriga
Yunanhi geoseullyeo 🎶

Lagu milik Blackpink- Don't Know What To Do menggema ketika Adisty memasuki kamar VIP Rangga.

Nampak lelaki itu fokus dengan ponselnya yang memutarkan musik video salah satu girlband Korea terkenal itu. Tunggu, ponsel?

"ASSALAMUALAIKUM" ucap Adisty kencang tepat di telinga kanan Rangga, dan sontak membuat Rangga kaget refleks melempar ponselnya ke depan beruntung tidak sampai jatuh.

"Astaghfirullah, rakyat jelata! Kau mengagetkanku, hftt..." Rangga mengelus dadanya mencoba menetralkan jantungnya yang berdegup kencang.

Adisty hanya mengendikkan bahunya acuh, dia mengambil ponsel bermerk mahal itu, "Lagian ada orang salam bukannya bales malah sibuk sama hape baru. Dapet darimana lo? Perasaan lo nggak ada duit buat beli nih hape sulthan." tuding Adisty dengan wajah curiga.

Rangga mengambil hapenya dari tangan Adisty,  dia mendelik kesal karena tatapan Adisty yang mencurigainya seolah dia baru saja mencuri, "Aku dapat ini hape dari tua bangka Dika, jadi tak usah menuduhku yang tidak-tidak."

"Yeeee siapa yang nuduh lo? Emang gue bilang?" Adisty melipat tangannya didepan dada.

"Tapi matamu yang mengatakan itu, sudahlah kau menggangguku saja." Rangga kembali menonton MV yang berbeda kali ini tetapi tentu masih girlband yang sama yaitu Blackpink. Sepertinya Rangga kini menjadi seorang Blink garis keras.

Adisty menggelengkan kepalanya melihat Rangga yang seperti itu, dia pun berjalan ke arah sofa kemudian meletakkan tasnya diatas meja. Dia mengeluarkan buku matematika dan mulai mengerjakan tugas karena besok sudah harus dikumpulkan.

Adisty bukanlah murid yang terlalu pintar, dia itu bisa dibilang pas. Tidak pintar juga tidak terlalu goblok amat. Dia hanya mengerjakan sebisanya, yang dia tidak bisa dia akan kerjakan besok dengan melihat jawaban milik temannya.

Apalagi sebentar lagi UAS, dia harus membayar uang SPP terlebih dahulu agar bisa mendapat kartu ujian. Jadi, dia harus giat bekerja agar pak Bos nya memberi bonus.

Waktu terus berjalan menemani keheningan diantara keduanya. Rangga yang sudah puas menonton MV Blackpink di youtube pun mematikan ponselnya. Matanya melirik jam dinding yang menunjukkan pukul dua belas lebih seperempat. Sudah larut ternyata, batinnya. Lalu tatapannya beralih kepada Adisty yang tertidur dengan posisi duduk dan salah satu buku jatuh tak jauh dari kaki Adisty.

Rangga bangun, dengan tiangnya dia mendekati Adisty. Tatapannya menajam ke arah buku yang terjatuh dekat kaki Adisty itu, perlahan buku tersebut terangkat lalu berakhir diatas meja. Rangga menggunakan kekuatannya.

Setelah membenarkan posisi Adisty, dia menatap wajah Adisty dalam diam. Orang yang menolongnya, orang yang sampai sekarang mau merawatnya, memberinya tempat tinggal, ya dia adalah Adisty. Si penyelamat Rangga.

"Thanks for anything Adisty..." ucap Rangga pelan.

Sejujurnya Rangga ingin memperlihatkan kemampuannya berbahasa Inggris didepan Adisty, tapi belum ada waktu. Mengingat dia tinggal di zaman yang sudah serba modern membuatnya harus bisa maju juga dan tidak ketinggalan zaman. Dan orang yang mengajarinya adalah Dika, pengikutnya.

"Aku tidak tahu kedepannya akan seperti apa nanti Adis... Yang jelas aku selalu berdoa kepada Allah agar kita selalu bersama, meskipun ada berbagai jalan menyimpang yang membentang aku harap nantinya kau lah yang memang Allah pertemukan untukku." Rangga mengelus puncak kepala Adisty pelan, lalu dia keluar untuk menemui Dika yang sedari tadi sudah menunggunya.

QUERENCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang