KAMINOYO NANAYO

4.8K 252 13
                                    

Dalam tayangan slow motion Sandaime Hokage perlahan terjatuh di dalam barrier. Rasa shok, mata melebar terlihat jelas di wajah anbu yang berada di luar barrier. Tatapan sambil menahan napas, deg-degan, jantung terasa memompa kecepatan penuh saat menatap Sandaime yang terjatuh ke atas atap bangunan arena pertarungan, begitu juga para Genin.

"SANDAIME SAMA" teriakkan keras dari luar barrier terdengar serentak saat itu. Orochimaru yang berdiri tidak jauh dari mayat Sandaime menatap sepasang lengannya yang perlahan menjadi ungu gelap. Tangannya kini langsung tergulai lemas menggantung pada kedua bahunya. Ia telah kehilangan semua jutsu nya karena Sandaime menyegelnya dengan menggunakan Shinigami. Impiannya kini telah hilang bersama dengan tangannya, atau mungkin akan tertunda untuk waktu yang lama.

'A-aku tidak bisa merasakan tanganku' pikir Orochimaru frustasi menatap tangannya bergantian. Ekspresi kesal terlihat jelas diwajahnya saat melihat senyuman Sandaime yang kini terjatuh ke atas tanah.

Mata Naruto melebar melihat tubuh Sandaime terbaring dihadapannya. Roshiya satu jengkal tepat di depan matanya. Ia menatap dari sela-sela rambutnya karena sekarang ia sedang membungkuk dengan kedua tangannya menopang tubuhnya.

Deg...

Deg..

Jantungnya memompa sangat kencang waktu itu. Matanya melebar, dengan seluruh tubuh gemetaran. Tidak tau perasaan apa yang ia rasakan, amarah, sedih, geram, kesal, semuanya bercampur menjadi satu di dalam tubuh si rambut merah Uzumaki. Tidak pernah ia merasakan perasaan seperti ini sebelumnya.

Bayangannya kembali merasakan keperihan saat ia berada dalam genjutsu Itachi, kematian Shisui. Kini Sandaime yang telah meninggalkannya, sosok yang selama ini selalu menemaninya, tersenyum padanya dan menganggapnya ada. Sosok yang mengajarkan banyak hal padanya kini terbaring tak bernayawa di hadapannya. Satu persatu orang yang ia anggap keluarga, pergi meninggalkannya begitu saja.

Dan ia kini sendiri…

Lagi-lagi ia gagal melindungi orang yang sangat ia kasihi, orang yang telah memberikannya tujuan hidup. Dia berlatih keras selama ini, bermandikan keringat dan darah hanya agar ia bisa melindungi Sandaime yang telah dia anggap kakek. Namun semua gagal, dia masih belum cukup kuat untuk bisa melindungi Sandaime. Ia kembali mengecewakan sosok yang ia kasihi.

Ia benci kelemahannya….

Penyesalan, kepedihan, keperihan, rasa sakit, kehilangan, kekecewaan dan penghianatan. Semua unsur yang menyedihkan itu menimpa jiwa Naruto. Mata melebar, tubuh gemetar, rasa traumatis setelah mengingat kematian Shisui, membuat semuanya komplit menjadi satu. Sepertu bom yang di pasang dalam dirinya dan sudah meledak, menghancurkan seluruh tubuhnya.

Butiran air mata perlahan berjatuhan ke atas tanah. Ia mengerakan badannya perlahan untuk menggapai tubuh Sandaime. Perlahan memegang wajah sosok yang sangat ia kasihi. Seluruh tubuhnya gemetar, namun bukan karena takut, semua karena amarah pada dirinya sendiri yang begitu lemah. Dia begitu lemah untuk melindungi orang terdekatnya sehingga lagi lagi ia harus merasakan kehilangan

"Ti-Tidak... Jiji... Kau tidak boleh seperti ini" gumam Naruto menatap wajah Sandaime yang terbaring di pangkuannya. Ia memeluk tubuh itu menempelkannya erat di dadanya sambil menangis tersedu sedu. Ia kalah kembali...

"Tidak jiji.. Kau tidak boleh mati... Tidak boleh.. Aku tidak ingin sendiri lagi jiji... Kau tidak boleh mati" lanjut Naruto perih memeluk erat Sandaime. Hati Naruto kini kembali kosong setelah Sandaime telah tewas di hadapannya. Tidak akan ada lagi temannya bercanda, tidak akan ada lagi orang yang bisa ia kerjai. Tidak akan ada lagi orang yang mengashinya seperti Sandaime Hokage.

"TIDAK JIJI.. KAU TIDAK BOLEH MATI.. TIDAK BOLEH" teriak Naruto keras tanpa ia sadari, secara ortomatis mengeluarkan chakra dalam jumlah besar. "GAAAAAAAAAAHHHHHHH" teriaknya menatap ke langit sambil memeluk tubuh tak bernyawa Sandaime.

Rise uchiha uzumaki narutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang