PROMOTION

4.6K 240 11
                                    


"PERGI KAU DASAR BOCAH SETAN.." Teriak seorang warga melemparkan bola nasi khas jepang, menjatuhkannya keatas tanah, bersama seorang bocah berambut merah, rambut pendek jabrik. Pakaian yang ia kenakan, compang-camping, tidak jelas warnanya, penuh dengan bekas sobekan, dan tambalan.

"Makanan.. "Gumam bocah itu bahagia melihat sebuah Nasi gulung itu di depannya. Ia bangkit dengan cepat hendak mengambil makanan yang terjatuh ke atas tanah itu. Tapi sebelum ia meraihnya, sebuah kaki menginjaknya, meratakan nasi itu dengan tanah. "HEY.. ITU MAKANANKU TEBAYOU" teriak bocah itu protes.

"Oh.. Maaf.." Pemilik kaki itu mengangkat kakinya. Nasi itu penuh dengan tanah, berhamburan di atas tanah. Bocah tiga tahun itu menahan napasnya, saat nasi itu sudah bersatu dengan tanah. "Kau bisa mengambilnya kembali" lanjut sang warga menyeringai.

"Makananku.. " Gumam bahagia bocah itu, bagaikan mendapatkan berlian. Ia mengambil nasi itu, mengangkatnya ke atas telapak tangannya, kemudian berlari ke emperan toko, duduk di sana dan memakannya.

'Kenapa orang-orang selalu membenciku tebayou.. Aku tidak pernah melakukan hal buruk pada mereka' pikirnya memulai melahap nasi itu. Ia tidak lagi berpikir kotor, kuman atau apapun juga. Di pikirannya, itu adalah makanan yang sangat layak.

Di sisi lain, seorang kakek tua, dengan janggot hitam seperti kambing sedang mengamatinya, seakan ia mengenali bocah berambut merah ini. Sosok kakek itu perlahan mendekatinya.

"To-tolong.. Jangan pukul aku lagi.. Aku hanya numpng makan di sini, aku akan segera pergi tebayou" gumam bocah itu akan melahap nasi yang penuh tanah di tangan kanannya.

Trak..

Tangan kakek itu memukul tangan bocah itu sehingga nasi di tangannya terjatuh ke tanah kembali, bercampur dengan kotoran lainnya.

"HEY.. APA MASALAHMU PAK TUA.. KAU MEMBUANG MAKAN SIANGKU" teriak marah bocah itu hendak memungut kembali makanan itu. Tapi tangan kakek itu kembali menahannya.

"Kenapa kau menyebutnya makan siangmu? Itu bukanlah makanan yang pantas untuk manusia" gumam kakek itu iba menatap bocah di hadapannya itu.

"Yeah.. Aku tau itu. Semua orang menyebutku iblis atau semacamnya, dan menyebutku bukan manusia tebayou. Jadi itu makananku" jawab bocah itu, kembali meronta ingin memakan makanannya.

"Naruto..." Ucap si kakek dengan suara gemetar.

Bocah itu berhenti bergerak ketika mendengar namanya di panggil. "Hah... Apa kau mengenalku, jiji?" Tanya polos bocah itu

Sang kakek hanya bisa meringis sedih, di sertai beberapa butir air mata yang jatuh di pipinya. Siapa yang tidak akan sedih, melihat seorang bocah polos seperti itu, dengan pakaian compang-camping, tidak jelas warnanya, sangat berantakan.

"Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau disini?" Tanya kakek itu lagi.

"Oh... Maaf, aku akan mengambil makananku dan segera pergi dari toko anda" ucap Naruto akan kembali memungut nasi itu, tapi tangan kakek itu menahannya.

"Aku bukan menyuruhmu untuk pergi, aku bertanya, kenapa kau disini? Kenapa kau memakan makanan seperti itu? Apa yang terjadi dengan panti asuhan tempat tinggalmu" tanya kembali kakek itu lembut.

"Hah... Kalau bukan yang itu, jadi aku harus makan apa jiji? Aku tidak punya makanan lainnya" jawab polos bocah itu, dengan pandangannya masih tertuju pada nasinya.

"Kenapa kau tidak ke panti asuhan?" Tanya kakek itu

Bocah itu menundukkan wajahnya. "Hum... Aku di tendang keluar sejak beberapa bulan yang lalu tebayou. Mereka bilang tidak ingin tinggal bersama monster atau sebagainya." Jawabnya lemah.

Rise uchiha uzumaki narutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang