"Welcome Home, sis!"
Sapaan pertama yang Jennie dengar ketika ia menginjakkan kakinya di lobi bandar udara internasional Incheon. Jennie menghampiri Changkyun-saudara kembarnya yang sudah menunggunya. Lelaki yang berbeda usia beberapa menit darinya memberi pelukan hangat.
"Bagaimana perjalananmu?" Tanya lelaki itu seraya menyeret koper miliknya dan berjalan menuju parkiran.
"Sangat melelahkan,"
"I see," Changkyun terkekeh. Menempuh waktu berjam-jam di dalam pesawaat keberangkatan Sydney menuju Seoul sudah pasti melelahkan.
Kim Jennie, nama lengkap perempuan itu baru saja menyelesaikan studi kelanjutannya di salah satu universitas internasional di Australia. Jennie, sapaan akrabnya baru saja mendapatkan gelar master dari program studinya yaitu Manajemen Bisnis.
Jennie sendiri sudah meninggalkan kota kelahirannya selama hampir dua tahun lamanya. Dan baru kembali pada hari ini.
"Sydney bersahabat denganmu?" Tanya Changkyun setelah mereka berada didalam mobil.
"Aku hampir saja melupakan bahwa Seoul adalah rumahku." Jawab Jennie disertai candaan. Ia menatap langit sore kota Seoul. Sudah dua tahun lamanya ternyata, kata Jennie dalam hatinya. Ia menaikkan kembali jendela mobil Changkyun.
"Aku kesepian," ucap Changkyun tiba-tiba. Jennie menoleh mendengarnya. "Rumah sepi karna ketidakhadiran dirimu." Lanjutnya lagi.
Tanpa sadar Jennie menghela napas. Bukan karena ucapan Changkyun yang membuatnya merasa malas mendengarnya. Namun, karena mereka tahu. Kesepian itu mereka dapat karena kurangnya perhatian dari orang tua mereka.
Orang tua Jennie dan Changkyun adalah pembisnis dari sebelum mereka memutuskan menikah. Tepatnya Ayahnya yang merupakan bussiness man yang namanya sudah tidak asing didengar. Sedari mereka kecil, mereka terbiasa ditinggal pergi karena adanya sebuah meeting. Perjamuan bisnis di luar kota bahkan negeri sudah menjadi makanan sehari-hari orang tua mereka.
Dan karena itu yang menjadi salah satu alasan Jennie memutuskan untuk berkuliah jauh dari rumah. Hidup jauh dari jangkauan orang tua menurutnya terasa sama jika ia tinggal dalam satu rumah.
Namun, keputusannya ternyata secara tidak langsung membuat saudara kembarnya terluka. Meskipun Changkyun dengan terang-terangan mendukung Jennie, tapi perempuan itu tahu pasti, saudara kembarnya sedikit tidak rela.
Changkyun masih bercerita tentang kehidupannya tanpa adanya Jennie didalamnya. Sementara perempuan yang disampingnya tampak tidak fokus mendengarkan. Pikirannya jauh berkelana dan tidak bisa dicapai.
Sebenarnya,ia berharap tadi ketika ia keluar dari bandara. Ia akan melihat kedua orang tuanya yang menyambutnya dengan senyuman. Orang tuanya yang berkata bahwa ia merindukan putri mereka. Atau, orang tuanya yang berkata bangga pada dirinya. Apapun itu, Jennie berharap orang tuanya ada saat ini.
Lagi-lagi itu hanyalah sebuah harapan yang tidak menemui kenyataan. Jennie harus menelan kekecewaannya saat Changkyun memberi tahunya kalau orang tua mereka sedang berada didalam perjalanan bisnis di Negara Qatar.
"Kita sampai, sis." Ucapan Changkyun menyadarkan Jennie bahwa kini telah sampai di rumahnya. Rumah yang kini terasa asing karena ia tinggalkan dua tahun lamanya.
Seorang wanita paruh baya menunggu kedatangan mereka didepan pintu. Jennie membelalakkan matanya, melihat satu dari banyaknya hal yang ia rindukan. Jennie berlari menghampiri wanita itu. Memeluknya erat dan menumpahkan tangisnya.
"Bibi Jung!" Seru Jennie. Ia memeluk wanita yang sudah menjadi kepala asisten rumah tangga mereka selama lebih dari dua puluh dua tahun.
Wanita yang ia anggap sebagai Ibu keduanya itu tersenyum. Tangannya ia gunakan untuk membalas pelukan Jennie. "Selamat datang kembali, Jennie."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unscrew You | 96's Line
FanfictionDi tinggalkan atau meninggalkan, Mana yang akan kau pilih?