Perempuan Dibawah Pohon

45 2 1
                                    

        Hari ini aku sudah mulai masuk sekolah seperti biasa. Karena selain tubuhku sudah sehat seperti sedia kala, aku juga sudah rindu dengan teman teman. Terutama Jendra. Aku sudah rindu padanya. Rindu berbicara dengannya, menatapnya dari samping, mengamati setiap inci wajahnya.

        Padahal kemarin sore Jendra sempat menjengukku. Namun hari ini aku ingin cepat cepat bertemu dengannya lagi. Ternyata saat aku sedang sakit ada untungnya juga. Jendra jadi lebih baik dan tidak dingin lagi padaku.

        Jendra akhirnya menjengukku setelah aku berharap dirinya datang. Ternyata Tuhan masih sayang aku dengan mengabulkan doaku. Dia lucu, masih terlihat malu malu begitu saat dirinya main kerumahku. Bahkan aku dan mamaku sempat bertengkar karena rebutan Jendra. Katanya jika Jendra seumurannya, mama pasti menyukainya. Sangat menyukainya. Menyebalkan kan.

        Jendra bahkan membelikan banyak makanan dan minumam bernutrisi tinggi. Aku tidak tahu mengapa dirinya begitu tiba tiba berlaku seperti itu. Mungkin karena dia masih merasa bersalah padaku karena tidak sengaja memukulku saat olahraga pencak silat hari itu.

        Hei, padahal sudah berkali kali aku mengatakan padanya bahwa aku baik baik saja. Aku tidak apa apa, tetap saja Jendra terus merasa bersalah dan meminta maaf. Huh dasar Jendraku yang lucu.

        Aku sudah melihat kelasku begitu ramai banyak anak anak berseliweran dan masuk ke kelas masing masing. Ini karena waktunya tinggal sedikit lagi untuk bel masuk akan berbunyi, dan aku juga langsung masuk kedalam kelas cepat cepat.

        Aku melihat bangku Jendra kosong. Dimana Jendra? Tasnya ada tetapi pemiliknya tidak ada. Aku membalikkan tubuhku berniat menanyakan keberadaan Jendra.
"Ada yang tahu Jendra tidak? Aku melihat tasnya tetapi tidak orangnya."

        "Astaga, Ky. Pertama masuk sekolah hanya Jendra yang kamu cari. Tugas sekolahmu sudah selesai belum hari ini dikumpulkan." Aku mengangguk yang menandakan tugas sekolah yang dimaksud Tina sudah selesai.

"Jendra dipanggil Kepala Sekolah."

        Mataku sedikit melotot. Ada apa tumben sekali Jendra dipanggil Kepala Sekolah. Apa Jendra sedang kena masalah lalu ia dipanggil menghadap Kepala Sekolah? Setahuku Jendra tidak pernah membuat masalah atau kegaduhan selama ia bersekolah disini.

        "Kenapa dipanggil Kepala Sekolah?" Tina mengangkat bahunya tidak tahu. Dara menghela nafas. "Ya tidak tahu, aku bukan pacarnya Jendra, Kyra." Ucap Dara yang saat itu juga aku memelototinya. Enak saja dia bilang dia bukan pacarnya Jendra. Tentu saja bukan dia, tapi aku pacarnya! Aku yang pacarnya Jendra.

        Jendra kembali saat jam pelajaran kedua dimulai. Cukup lama dia pergi menghadap Kepala Sekolah. Aku jadi penasaran sebenarnya apa yang dibicarakan dia dan Kepala Sekolah hingga memakan waktu 2jam begini. Aku mengabaikan guru yang sedang menerangkan materi menyebalkan dan berbisik pada Jendra.

        "Jendra," satu kali aku memanggil Jendra tidak menjawab, dua kali aku memanggil Jendra mendesah dan hanya melirikku tanpa menjawab. "Jen, Jendra! Jendra!" Panggilan ketiga aku sedikit berseru hingga beberapa teman kelas mengarah padaku.

        "Apa?! Lihat, pelajaran sedang dimulai! Fokuslah mendengarkan guru! Jangan menggangguku, Kyra." Gertaknya tanpa menoleh kepadaku saat mengucapkannya. Mukanya terlihat kesal mungkin karena merasa terganggu olehku. Tetapi saat kuperhatikan semakin hari Jendra semakin tampan saja. Aku heran, ibunya ngidam apa ya waktu hamil dia.

        Jendra sedang fokus memperhatikan guru menjelaskan sambil menulis pokok pokok materi yang menurutnya penting dibuku catatan. Sementara aku, aku malah asik memperhatikan dia. "Perhatikan gurunya, Ky." Aku mengerjap ketika tiba tiba Jendra membuyarkan tatapanku.

MELTED MY BOYFRIEND[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang